Marina Internasional di KEK Kura Kura Bali Mulai Dibangun, Bukti Transformasi Pariwisata Regeneratif Pulau Dewata

Denpasar, 2 Oktober 2025 — Bali kembali menorehkan babak baru dalam peta pariwisata global. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali di Serangan, Denpasar, resmi memulai pembangunan Marina Internasional, fasilitas maritim berstandar dunia yang digadang menjadi ekosistem marina paling modern di Indonesia.
Proyek ini menjadi bagian penting dari visi besar menjadikan Bali sebagai destinasi pariwisata regeneratif dan mendukung misi Indonesia menuju poros maritim dunia.
Momentum tersebut turut diperkuat dengan kunjungan Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, pada Rabu (1/10). Dalam kunjungannya, ia menegaskan dukungan penuh pemerintah terhadap pengembangan KEK Kura Kura Bali sebagai contoh nyata destinasi masa depan yang memadukan teknologi, budaya, dan keberlanjutan lingkungan.
“Bangunannya luar biasa, dan ini bukti nyata penerapan prinsip SDGs. Dengan hadirnya marina, diharapkan kawasan ini mampu menarik wisatawan berkualitas,” ujar Widiyanti.
Pembangunan tahap awal kini berfokus pada infrastruktur bawah laut, termasuk sistem pengendalian kekeruhan air (turbidity control) dengan silt curtain yang sesuai regulasi lingkungan. Setelah rampung, marina ini akan mampu menampung hingga 146 super yacht, membuka ribuan lapangan kerja baru, sekaligus memperkuat posisi Bali sebagai gerbang maritim Asia Pasifik.
KEK Kura Kura Bali yang dikembangkan oleh PT Bali Turtle Island Development (BTID) berdiri di atas lahan seluas 498 hektare. Kawasan ini dirancang berdasarkan filosofi Tri Hita Karana—harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas—sebagai fondasi pengembangan ekonomi berkelanjutan.
Sejak awal, BTID melibatkan Desa Adat Serangan dalam setiap proses pembangunan. Ratusan ribu pohon telah ditanam dan kawasan ini kini menjadi habitat bagi lebih dari 160 spesies burung dari Asia Pasifik. Pemerintah bersama BTID juga tengah mendampingi transformasi Desa Wisata Serangan, menjadikannya contoh integrasi budaya dan pariwisata regeneratif.
Presiden Komisaris BTID, Tantowi Yahya, menegaskan bahwa pembangunan marina merupakan prioritas utama investasi di kawasan tersebut.
“Fokus kami adalah percepatan pembangunan Marina Internasional agar KEK Kura Kura Bali tumbuh sebagai destinasi pariwisata unggulan berbasis budaya Bali dan memberi manfaat bagi masyarakat serta lingkungan,” ujarnya.
Untuk pemesanan booking di Royal Ambarrukmo Yogyakarta bisa klik link.
Selain marina, sejumlah proyek lain juga menunjukkan progres signifikan. Sekolah ACS Bali telah menerima siswa pertama sejak Juli, The Grand Outlet Bali—hasil kerja sama dengan Mitsubishi Estate—telah mencapai lebih dari 50 persen pembangunan, dan Azur Bali (vila residensial) akan segera diluncurkan.
Di samping sektor pariwisata, Kura Kura Bali juga dikembangkan sebagai pusat kolaborasi ilmu pengetahuan dan lingkungan. Salah satu proyek unggulan adalah International Mangrove Research Center (IMRC) hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab, yang akan menjadi pusat riset mangrove terbesar di Asia.
Menurut Tantowi, konsep pariwisata regeneratif yang diusung di KEK Kura Kura Bali akan menjadi magnet baru bagi wisatawan dunia.
“Kami memperkirakan kawasan ini dapat menarik tambahan 1,6 juta wisatawan per tahun dan menyerap lebih dari 50.000 tenaga kerja. Ini bukan sekadar proyek pariwisata, melainkan contoh bagaimana budaya, teknologi, dan keberlanjutan bisa tumbuh bersama,” tutupnya.
Dengan semangat Tri Hita Karana, KEK Kura Kura Bali berkomitmen melahirkan model pariwisata yang bukan hanya mengundang wisatawan, tetapi juga memulihkan alam, memperkuat budaya, dan menyejahterakan masyarakat lokal. Marina Internasional yang tengah dibangun menjadi simbol nyata arah baru pariwisata Bali menuju masa depan yang lebih hijau, cerdas, dan berkelanjutan. (Tim)