Golkar Bali dan Bonus Demografi, Strategi Rekrutmen Anak Muda yang Layak Diapresiasi

Oleh: Putu Intan Adelia Ananda Putri
DENPASAR - DPD Partai Golkar Bali tengah menjalankan langkah progresif dengan membuka rekrutmen terbuka bagi generasi muda. Sasaran utamanya adalah pelajar, mahasiswa, pengusaha muda, hingga kreator digital yang selama ini kerap dianggap jauh dari dunia politik. Di bawah kepemimpinan I Gde Sumarjaya Linggih (Demer), partai berlambang pohon beringin ini ingin membangun citra baru sebagai partai modern, terbuka, dan inklusif.
Langkah ini patut mendapat apresiasi, bukan sekadar karena keberaniannya, tetapi juga karena visinya yang selaras dengan tantangan zaman. Indonesia saat ini berada di era bonus demografi, sebuah fase langka di mana penduduk usia produktif mendominasi struktur populasi. Jika dikelola dengan baik, potensi ini akan menjadi energi besar bagi pembangunan bangsa. Namun, jika diabaikan, bonus demografi justru berisiko menjadi beban sosial dalam bentuk pengangguran, apatisme, dan krisis identitas generasi.
Golkar Bali membaca peluang ini secara cermat. Melalui rekrutmen terbuka, partai tidak hanya mengajak anak muda untuk menjadi penonton dalam panggung politik, tetapi mendorong mereka untuk terlibat langsung sebagai pelaku perubahan. Ini bukan gerakan kosmetik atau strategi elektoral semata. Ini adalah bagian dari upaya kaderisasi jangka panjang yang dibutuhkan semua partai politik yang ingin bertahan di tengah dinamika zaman.
Kaderisasi adalah fondasi penting bagi keberlangsungan organisasi politik. Tanpa regenerasi yang sehat, partai akan berjalan di tempat dan kehilangan relevansinya. Melibatkan generasi Milenial dan Gen Z sejak dini dalam struktur dan proses politik adalah keputusan yang strategis. Bukan hanya karena jumlah mereka yang besar, tetapi karena cara berpikir mereka yang segar, kritis, dan adaptif terhadap perubahan.
Tentu saja, membuka ruang untuk anak muda berarti membuka diri terhadap tantangan baru. Golkar Bali harus siap menerima gelombang ide-ide segar yang mungkin berbeda dari pola lama. Tetapi jika tujuannya adalah menjadi partai yang benar-benar modern, maka dialog lintas generasi harus menjadi budaya, bukan ancaman.
Apa yang dilakukan Golkar Bali hari ini adalah contoh nyata bagaimana partai politik bisa tampil sebagai ruang pengembangan diri, bukan sekadar tempat perebutan kekuasaan. Politik tidak boleh terus-menerus dipersepsikan sebagai dunia yang kotor dan jauh dari idealisme. Justru melalui politik, perubahan yang nyata dapat diwujudkan. Karena itu, anak muda tidak boleh alergi terhadap politik. Sebaliknya, mereka perlu diberi kesempatan untuk mengisi ruang-ruang pengambilan keputusan dan membentuk masa depan daerahnya sendiri.
Sementara sebagian partai masih menunggu anak muda datang, Golkar Bali justru memilih untuk menjemput mereka lebih dulu. Ini bukan hanya langkah cerdas, tetapi juga langkah yang tepat waktu. Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap partai politik, upaya membuka diri dan merangkul generasi muda bisa menjadi titik balik bagi masa depan politik yang lebih sehat dan berkelanjutan. (Tim)