Serangan Drone Jarak Jauh Ukraina Hancurkan Lebih dari 40 Pengebom Rusia

DENPASAR – Ukraina melancarkan salah satu serangan drone paling berani dan mengejutkan sejak perang dimulai, dengan menghancurkan lebih dari 40 pesawat pengebom berat milik Rusia dalam satu operasi rahasia yang dilakukan jauh di dalam wilayah Rusia.
Operasi bertajuk “Jaring Laba-Laba”, yang dipimpin oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU), dilaksanakan pada 1 Juni 2025 setelah 18 bulan perencanaan. Serangan dilakukan secara simultan terhadap empat pangkalan udara strategis Rusia: Belaya (Irkutsk), Olenya (Murmansk), Diaghilev (Ryazan), dan Ivanovo (Ivanovo Oblast).
Menurut sumber SBU yang dikutip oleh The Kyiv Independent, drone FPV bersenjata diselundupkan ke dalam wilayah Rusia menggunakan truk kayu khusus. Drone itu disembunyikan di bawah atap kabin kayu yang bisa dibuka dari jarak jauh. Begitu sampai di dekat pangkalan udara, atap dibuka dan drone langsung terbang menyerang target.
“Lebih dari 40 pesawat terkena serangan, termasuk pesawat intai A-50, serta pembom strategis Tu-95 dan Tu-22M3,” ujar sumber itu. Meski tingkat kerusakan belum sepenuhnya dikonfirmasi, sejumlah video yang beredar di media sosial menunjukkan deretan pesawat terbakar hebat.
Serangan ini sangat signifikan, karena wilayah yang disasar berada lebih dari 4.000 km dari Ukraina, menjadikannya salah satu serangan jarak jauh paling dalam yang pernah dilakukan Kyiv. Gubernur Irkutsk, Igor Kobzev, dan Gubernur Murmansk, Andrey Chibis, mengonfirmasi serangan drone di wilayah mereka, meski tak memberi detail.
Ukraina selama ini kesulitan menyerang pesawat pengebom Rusia, yang kerap digunakan Moskow untuk meluncurkan rudal jarak jauh ke kota-kota Ukraina dari wilayah udara yang aman. Namun, dengan strategi baru berbasis drone murah dan tak terduga, Ukraina mampu menimbulkan kerugian besar dengan biaya minimal.
Presiden Volodymyr Zelensky dan Kepala SBU Vasyl Malyuk disebut mengawasi langsung jalannya operasi tersebut. Gambar-gambar persiapan operasi juga dibagikan melalui media sosial, menunjukkan drone tanpa hulu ledak saat diselundupkan, dan baru dipersenjatai saat sudah berada di wilayah Rusia.
Menurut laporan belum terverifikasi, salah satu sopir truk yang tanpa sadar mengangkut drone tersebut dilaporkan tewas dibunuh aparat Rusia setelah serangan terjadi.
Operasi ini menandai babak baru dalam penggunaan drone dalam perang modern—menggabungkan penyamaran, presisi, dan efektivitas biaya, sekaligus memberikan pesan kuat terhadap jantung pertahanan udara Rusia. (Tim)