7 Letusan Gunung Agung yang tercatat dalam sejarah Indonesia
Gunung Agung merupakan salah satu gunung tertinggi yang ada di Bali, tepatnya di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Gunung Agung memiliki ketinggian 3.142 meter diatas permukaan laut. Terdapat sebuah pura di lereng gunung agung, yaitu Pura Besakih.
Gunung Agung merupakan gunung berapi yang masih aktif. Gunung tersebut bertipe stratovulkan. Gunung Agung memiliki kawah yang besar dan dalam dan kadang mengeluarkan asap dan uap air.
Gunung agung pernah beberapakali mengalami letusan. Letusan yang paling dahsyat pernah terjadi pada 16 Maret tahun 1963. Letusan tersebut menjadi salah satu letusan gunung agung yang terbesar dan terdahsyat dalam sejarah indonesia.
Gunung Agung memiliki sejarah erupsi atau letusan yang cukup Panjang, yaitu 7 kali dalam kurun waktu 300 tahun. Letusan gunung agung yang pertamakali terjadi pada tahun 1710 yang tercatat dalam lontar-lontar. Berikut merupakan sejarah letusan Gunung Agung.
Letusan Tahun 1710
Pada Oktober 1710 merupakan letusan pertama dari gunung agung. Diperkirakan letusan ini terjadi dari Oktober 1710 sampai dengan Februari 1711. Dikutip dari Wikipedia, letusan ini tercatat dalam sejarah karena tercatat dalam lontar Babad Gumi(versi lontar Pusdok dan salinan Gedong Kirtya 719/3.Va), Babad Tusan (versi salinan Gedong Kirtya 4916/Va dan 1443.Va), dan Tattwa Batur Kalawasan (versi salinan Gedong Kirtya 6476/IIIb, 3049/IIIb, 3578/IIIb, 6789/IIIb). Pada saat itu air panas dari letusan gunung agung merusak desa-desa seperti Desa Bukit, Caukcuk, Bantas, Kayuaya, Kayupetak, Tanjung, Rijasa, Mandala, Pagametan (Gerogak, Buleleng), serta wilayah lainnya seperti Tamblingan.
Letusan Tahun 1808
Pada tahun 1808 merupakan letusan Gunung Agung yang kedua yang tercatat dalam sejarah. Letusan Gunung Agung pada saat itu membawa emisi abu dan batu dalam jumlah banyak
Letusan Tahun 1821
Tidak berselang lama, Gunung Agung kembali meletus pada tahun 1821. Letusan pada tahun tersebut tergolong normal tetapi tidak ada keterangan yang rinci mengenai letusan tersebut. Dinilai letusan tersebut tidak sebesar atau lebih kecil dari letusan pada tahun 1808.
Letusan Tahun 1843
Berselang 22 tahun dari letusannya pada tahun 1821, Gunung Agung Kembali Meletus, tepatnya pada tahun 1843. Letusan tersebut didahului oleh gempa bumi, kemudian Gunung Agung mengeluarkan abu vulkanik, pasir dan bebatuan.
Infografik Sejarah Letusan Gunung Agung
Letusan Tahun 1963
Letusan Gunung Agung Kembali terjadi pada tahun 1963, yang dimana letusan ini merupakan letusan terbesar dan terdahsyat dari Gunung Agung yang tercatat di sejarah Indonesia. Dampak dari letusan tersebut tidak hanya dalam jumlah korban jiwa, tetapi juga berdampak luas ke seluruh Indonesia bahkan memiliki dampak iklim jangka pendek. Tahun 1963-1966 rata-rata suhu bumi bagian utara turun sekitar 0.4°C akibat letusannya. Abu Belerang dari letusan Gunung Agung Menyebar ke seluruh didunia dan jejaknya sampai terlihat sebagai sulfur acid di lapisan es di Greenland. Ribuan korban tewas akibat aliran lahar, tanah longsor dan awan gas yang mematikan dari Gunung Agung pada letusan tersebut yang berlangung hingga hampir setahun.
Kronologi dari letusan tersebut adalah, pada 18 februari 1963, warga di sekitar Gunung Agung mendengar ledakan yang keras dan warga melihat awan keluar dari puncak Gunung Agung. Letusan tersebut mengeluarkan abu panas dan gas setinggi hampir 20.000 meter. Pada 24 Februari 1963, lava mulai mengalir turun dari lereng bagian utara Gunung Agung yang mencapai kejauhan dengan jarak 7 km dalam waktu 20 hari. Puncaknya pada 16 hingga 17 maret, Gunung Agung Meletus dengan hebat, sehingga memakan korban jiwa mencapai sekitar 1.000 lebih korban jiwa dengan sekitar 200an orang luka-luka, lebih dari 1.000 rumah hancur, 200.000an orang kehilangan mata pencaharian, dan lebih dari 100.000 orang dievakuasi dari lokasi sekitar Gunung.
Pura Besakih tidak tersentuh saat letusan dahsyat
Saat letusan Gunung Agung tahun 1963, Pura besakih yang berada dekat dengan Gunung Agung tidak terkena dampak letusan yang besar dan dahsyat tersebut. Dikutip dari tirto.id, saat letusan terjadi, Pura Besakih masih tegak berdiri tanpa mengalami kerusakan. Bahkan ada orang-orang yang selamat yang berlindung di Pura Besakih, padahal jarak antara Pura Besakih dengan Gunung Agung hanya sekitar 6.5 km. Menurut Vulkanolog Karna Kusumadinata, yang berada di bali selama erupsi gunung berapi, Pura Besakih merupakan tempat yang paling aman dari letusan Gunung Agung, karena kondisi alam yang justru menjadi pelindung dari Pura Besakih. Pura Besakih berada di belakang titik tertinggi Gunung Agung, sementara aktivitas vulkanik Gunung Agung terjadi di kaldera yang bersisian dengan puncak
Letusan Tahun 2017
Pada Bulan September 2017, Gunung Agung kembali aktif, dengan peningkatan seismic dan gemuruh. Status Gunung Agung yang pada saat itu normal dinaikan menjadi waspada. Sekitar 120.000an orang di evakuasi dari tempat tinggal mereka yang berada di sekitar Gunung Agung. Pada 18 Semptember 2017, status Gunung Agung ditingkatkan menjadi siaga. Evakuasi dilakukan kepada warga agar berkumpul di balai olahraga dan bangunan masyarakat lainnya di sekitar Klungkung, Karangasem, Buleleng dan daerah lainnya. Pada 22 September 2017, status gunung agung ditingkatkan menjadi Awas. Daerah tersebut mengalami 844 gempa vulkanik pada 25 September 2017 dan 300 sampai 400 gempa bumi pada tengah hari pada 26 september 2017. Pada akhir Oktober 2017, status Gunung Agung diturunkan menjadi siaga, karena aktivitas Gunung Agung tersebut menurun secara signifikan.
Terjadi sebuah letusan freatik kecil pada 21 November 2017. Dengan kolom abu vulkanik mencapai ketinggian 3.842 m diatas permukaan laut. Pada saat itu ribuan orang melarikan diri dari wilayah tersebut. Sebuah erupsi magmatic terjadi pada 25 November 2017. Letusan tersebut dilaporkan meningkat sekitar 1,5-4 km diatas kawah puncak, dan pada 26 November 2017 sebuah letusan kedua dari Gunung Agung terjadi.
Letusan Tahun 2018
Pada tahun 2018, Gunung Agung kembali meletus. Pada tanggal 10 Maret 2018, status Gunung Agung diturunkan dari status Awas menjadi Siaga. Tanggal 11 april 2018 gunung agung kembali menyemburkan abu vulkanik dengan ketinggian 500 m. tanggal 28 Juni 2018, Gunung Agung mengeluarkan asap yang menyebabkan hujan abu yang berdampak kepada Bandara Internasional Ngurah Rai, Bandara Banyuwangi dan Bandara Jember resmi ditutup. Pada panggal 2 Juli 2018 Gunung Agung kembali meletus. Saat Itu letusan Gunung Agung mengeluarka lahar dengan radius 2 km. Status Gunung Agung saar itu tetap berada di level Siaga dengan jarak radius bahara 4 km dari sawah.
Oleh: Ida Bagus Rama Ditya Pradnyana