Royal Ambarrukmo Hidupkan Tradisi Luhur Jawa Lewat Prosesi Ladosan Dhahar

Royal Ambarrukmo Hidupkan Tradisi Luhur Jawa Lewat Prosesi Ladosan Dhahar
Royal Ambarrukmo Yogyakarta

YOGYAKARTA – Pepatah Jawa menyebutkan, “Rum Kuncaraning Bangsa, Dumunung Aneng Luhuring Budaya” yang bermakna keharuman suatu bangsa terletak pada keluhuran budayanya. Semangat inilah yang dihidupkan Royal Ambarrukmo Yogyakarta saat memasuki usia ke-14 tahun dengan menghadirkan prosesi adat Ladosan Dhahar pada Sabtu, 18 Oktober 2025 mendatang.

Ladosan Dhahar bukan sekadar penyajian hidangan, melainkan perwujudan tata krama budaya Jawa dalam menghormati tamu. Setiap gerakan, ucapan, hingga urutan penyajian sarat filosofi, bahwa makanan bukan hanya santapan, melainkan doa, ungkapan syukur, dan penghormatan. 

Untuk reservasi Royal Ambarrukmo Yogyakarta 

Tradisi ini berakar dari Karaton Kasultanan Yogyakarta, yang dahulu dilakukan untuk menyajikan hidangan kepada Sultan dengan tata cara khusus. Sajian dimasukkan ke dalam jodhang (kotak kayu tertutup) dan dipikul abdi dalem, diiringi pembawa songsong kuning sebagai simbol prosesi agung.

Mengusung konsep ATISOMYA yang berarti elok dan anggun, Royal Ambarrukmo berupaya menjaga agar tradisi ini tak berhenti sebagai tontonan, melainkan pengalaman otentik penuh nilai edukasi. 

Berlokasi di kompleks Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo—dulunya tempat persinggahan Sultan—hotel ini memaknai prosesi sebagai upaya melestarikan budaya, merawat sejarah, sekaligus memperkenalkan kearifan lokal kepada masyarakat modern.

Melalui kegiatan bertajuk Budaya kang Hambudidaya, Royal Ambarrukmo mengajak tamu dan masyarakat untuk menapaki perjalanan spiritual dan historis budaya Jawa. 

Setiap hidangan yang tersaji bukan hanya bagian dari jamuan, tetapi juga mengandung cerita, doa, serta filosofi kehidupan yang mempertegas bahwa tradisi luhur masih hidup, bukan sekadar dirayakan. (Tim)