Kursus Brahma Widya, Jalan Pencerahan Teologi Hindu Bali yang Terstruktur dan Terbuka

DENPASAR, 28 Juni 2025 — Dalam upaya memperkuat pemahaman umat Hindu terhadap makna upacara dan nilai-nilai spiritual dalam ajaran Hindu tradisi Bali, Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Korwil Bali bersama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali menggelar Kursus Teologi Hindu Brahma Widya di Kantor PHDI Bali.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat adat. Tercatat dua desa adat turut berpartisipasi, yakni Desa Adat Tingas yang mengirimkan empat orang peserta, dan Desa Adat Oongan dengan tiga orang peserta—semuanya melalui skema beasiswa.
Menurut Dewa Putu Andika Septiawan, S.H., Ketua Kursus Teologi Hindu Brahma Widya Angkatan VII tahun 2025, kursus dibuka dengan pelaksanaan Upacara Sisya Upanayana. Upacara ini menjadi simbol penyucian sekaligus awal resmi perjalanan spiritual dan intelektual para siswa menuju pemahaman mendalam tentang ajaran Hindu.
“Upacara ini penting untuk mempersiapkan siswa secara rohaniah. Selama sembilan bulan ke depan, para peserta akan menempuh pembelajaran yang tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga spiritual,” jelas Jro Mangku Dewa Andika.
Struktur Teologi Bertingkat
Kurikulum Brahma Widya dibagi menjadi tiga tingkatan utama: Teologi Dasar, Teologi Kepemangkuan, dan Teologi Kepanditaan. Peserta baru diwajibkan untuk mengikuti tingkat dasar guna memahami landasan Yadnya secara menyeluruh, sebelum melangkah ke jenjang lanjutan.
“Banyak jenis upakara dalam tradisi Bali yang perlu dipahami secara tepat, mulai dari makna hingga tujuannya. Misalnya, peserta akan dibekali pemahaman mengenai jenis-jenis caru seperti Eka Sata dan Manca Sata,” lanjutnya.
Hal ini menjadi penting mengingat seringkali umat dari agama lain maupun generasi muda Hindu sendiri menanyakan esensi dari upakara yang dilaksanakan.
Pendalaman Lontar Suci
Wakil Ketua Kursus, I Nyoman Sujana, S.Ag., menambahkan bahwa para peserta juga akan mempelajari berbagai lontar suci, termasuk Lontar Sundarigama. Lontar ini menjadi rujukan penting dalam pelaksanaan upacara keagamaan Hindu Bali.
“Melalui kajian ini, siswa akan mengenal tatanan lengkap dari upacara Manusa Yadnya hingga Dewa Yadnya. Bahkan lontar-lontar lainnya yang selama ini tergolong ‘pingit’ juga akan dikaji secara terbuka,” ungkap Sujana.
Dengan sistem pembelajaran ini, kursus Brahma Widya bukan hanya menjadi ruang edukasi formal, tetapi juga wahana pembuka tabir spiritualitas Hindu Bali yang selama ini hanya dikuasai kalangan terbatas.
Sinergi Praktik dan Teori
Ketua PHDI Provinsi Bali, I Nyoman Kenak, S.H., menekankan pentingnya keseimbangan antara pemahaman teoritis dan praktik dalam dunia kepemangkuan dan kepanditaan.
“Dengan memahami teori, para pemangku dan umat bisa lebih percaya diri menjelaskan makna upakara kepada masyarakat. Bila ada perbedaan dalam praktik di masyarakat, hal tersebut seharusnya tidak menjadi persoalan, tapi dipahami dengan bijak,” pungkasnya.
Kursus ini sekaligus menandai langkah strategis dalam pelestarian dan regenerasi pengetahuan suci Hindu Bali yang berbasis naskah lontar, pengalaman spiritual, serta pembinaan moral dan teologis secara sistematis. (Ray)
---
Youtube kursus Teologi (Brahma Widya)
Facebook Kursus Teologi Brahma Widya