Hukum Tak Cukup Hafal Pasal, Harus Pakai Nurani

Ketua MA RI dan Ketua Kamar Perdata MA Bicara Etika dan Tantangan Profesi Hukum di UNUD
DENPASAR – Suasana aula Fakultas Hukum Universitas Udayana, Senin (30/6/2025), menjadi saksi sejarah pertemuan dua tokoh sentral peradilan Indonesia dalam kuliah umum bertajuk "Membangun Integritas dan Tantangan Etika Profesi Hukum di Era Society".
Kegiatan prestisius ini menghadirkan langsung Yang Mulia Ketua Mahkamah Agung RI, Prof. Dr. H. Sunarto, S.H., M.H., serta Ketua Kamar Perdata MA, I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H., yang berbicara blak-blakan tentang pentingnya nurani dalam praktik hukum.
Kuliah umum yang digelar atas kolaborasi Fakultas Hukum UNUD dan Ikatan Alumni Universitas Udayana (IKAYANA) Komisariat FH UNUD ini mengangkat pesan mendalam tentang integritas sebagai fondasi utama profesi hukum.
"Di tengah kompleksitas zaman digital dan tuntutan keadilan sosial, hukum tak lagi cukup ditegakkan dengan kecakapan teknis semata. Hakim, jaksa, maupun advokat wajib menimbang dampak sosial dari setiap keputusan. Hukum harus berjiwa, harus punya nurani,” tegas Prof. Sunarto dalam paparannya yang memukau ratusan peserta.
Senada, YM. I Gusti Agung Sumanatha turut menyoroti pentingnya pembenahan ruang-ruang kosong dalam perlindungan hukum atas hak milik, terutama tanah, yang kerap menjadi sumber konflik ketimpangan. Ia menekankan perlunya pendekatan hukum progresif yang berpihak pada keadilan substantif, bukan semata-mata prosedural.
“Kita harus berani mendobrak pendekatan kaku. Hakim dituntut lebih dari sekadar ahli hukum, ia harus menjadi pembaca nurani masyarakat,” ujarnya.
Dekan Fakultas Hukum UNUD, Prof. Dr. Putu Gede Arya Sumerta Yasa, S.H., M.Hum., menyambut kuliah umum ini sebagai momentum emas untuk memperkuat jembatan antara dunia akademik dan praktik peradilan.
“Ini bukan sekadar acara formal, tapi suntikan semangat dan pencerahan bagi generasi baru hukum,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua IKAYANA FH UNUD periode 2025–2029, Dr. I Wayan Gede Rumega, S.H., M.H., mengaku bangga bisa menghadirkan dua figur besar peradilan di kampus. Ia berharap nilai-nilai luhur yang disampaikan bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa dan alumni.
“Ini bukan hanya kuliah umum, tapi warisan pemikiran yang hidup. Inspirasi yang lahir hari ini akan menjadi pegangan dalam praktik hukum yang adil dan bermartabat,” ujarnya penuh semangat.
Acara ini turut dihadiri oleh ratusan mahasiswa, akademisi, serta para praktisi hukum dari berbagai profesi seperti advokat, notaris, hingga hakim. Sebuah momentum intelektual yang menunjukkan bahwa hukum bukan hanya tentang buku, tapi juga tentang hati. (Ray)