AKNSB Yogyakarta Tampilkan Harmoni Warisan Nusantara di PKB 2025

AKNSB Yogyakarta Tampilkan Harmoni Warisan Nusantara di PKB 2025

DENPASAR – Semangat pelestarian budaya kembali digaungkan Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya (AKNSB) Yogyakarta melalui keikutsertaannya di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47, yang digelar sepanjang 21 Juni hingga 19 Juli 2025. Mengusung tema “Jagat Kerthi: Lokahita Samudaya” atau “Harmoni Semesta Raya,” PKB tahun ini kembali menjadi panggung integrasi seni tradisi dari berbagai penjuru Nusantara.

AKNSB Yogyakarta hadir membawa kombinasi kekayaan tiga program studi sekaligus, yakni Seni Kriya (Kulit), Seni Tari, dan Seni Karawitan. Tiga ranah seni tersebut berkolaborasi untuk menampilkan narasi dan ekspresi budaya yang menyentuh, penuh nilai edukasi, sekaligus menyajikan visual artistik yang memikat.

Salah satu sorotan datang dari pameran Tatah Sungging yang digagas oleh mahasiswa Program Studi Kriya Kulit. Ima Novilasari, M.Sn., selaku Koordinator Prodi, menjelaskan bahwa karya yang dipamerkan adalah hasil eksplorasi mahasiswa semester awal, termasuk dari proses magang.

“Dua jenis karya yang kami tampilkan adalah tatah sungging wayang gaya Yogyakarta dan tatah sungging untuk properti tari. Tahun ini hasilnya jauh lebih matang karena metode pengajaran kami perbarui agar lebih fokus pada tahapan proses kreatif,” ujarnya, Kamis (17/7/2025).

Meski menghadapi kendala karena sebagian mahasiswa telah bekerja, pihak kampus berkomitmen untuk menyesuaikan pola pembelajaran agar tidak mengurangi kualitas pendidikan.

Sementara itu, dari panggung pertunjukan tari, dosen sekaligus penata tari Hendy Hardiawan, M.Sn., menghadirkan karya berjudul Lengkoro—adaptasi dari kisah legendaris Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. “Cerita ini menggambarkan cinta, tipu daya, dan kutukan yang berakhir pada penciptaan patung ke seribu dalam pembangunan Candi Prambanan,” tutur Hendy.

Menambah kekuatan pertunjukan, Agustinus Welly Hendratmoko, M.Sn., selaku penata musik sekaligus dosen Prodi Karawitan, menekankan pentingnya eksplorasi rasa dalam memainkan gamelan. “Kami ajarkan bagaimana mahasiswa tidak hanya bermain bunyi, tapi juga merasakan dan menyampaikan emosi lewat instrumen,” katanya.

Direktur AKNSB Yogyakarta, Prof. Dr. Kuswarsantyo, M.Hum., menegaskan bahwa keikutsertaan dalam ajang seperti PKB merupakan bagian dari strategi pembelajaran berbasis pengalaman nyata. Ia pun membuka wacana pengembangan program studi baru, seperti Pedalangan, guna melengkapi rantai keilmuan seni pertunjukan.

“Jika sudah ada kriya kulit sebagai pengrajin wayang, maka logis jika kami membuka Prodi Pedalangan agar wayang itu bisa digerakkan. Kolaborasi lintas prodi akan jadi kekuatan,” jelasnya.

Tak hanya itu, Prof. Kuswarsantyo juga menyampaikan adanya peluang kerja sama lanjutan dengan ISI Denpasar melalui skema transfer kredit. Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan "Kun" Adnyana, S.Sn., M.Sn., pun dikabarkan menyambut baik inisiatif tersebut demi memperluas akses studi lanjutan bagi mahasiswa AKNSB.

Dengan semangat kolaborasi, pelestarian budaya, dan pendidikan seni berbasis pengalaman, AKNSB Yogyakarta menegaskan eksistensinya sebagai lembaga vokasi yang konsisten menjaga denyut warisan budaya Indonesia tetap hidup di tengah tantangan zaman. (Ray)