Kepentingan Bali Atau Oknum, Awas Bahaya Antrax dan Penyakit Ingusan

DENPASAR - Keinginan Gubernur NTB Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal yang beredar di media sosial saat menghubungi langsung Gubernur Bali I Wayan Koster untuk mengatasi antrean sapi yang akan dikirim ke Jabodetabek melalui Pelabuhan Gili Mas dan Lembar, Lombok Barat (Lobar), pada 23 April 2025, sudah disetujui tanpa ada kajian mendalam terlebih dahulu.
Menghubungi melalui pesan elektronik Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali I Wayan Sunada terkait hal itu, ia memilih bungkam seribu bahasa.
Ini juga merupakan pertama kalinya sapi asal NTB dapat melintas daratan Bali. Beredar di media lokal Bali bahwa Gubernur Koster dikatakan membantu peternak, tentu harus peka bertanya, peternak siapa yang dibantu.
Pengawalan yang menggunakan dishub juga lelucon yang tidak lucu bila ditanyakan oleh pakar - pakar yang memilih bungkam saat dihujam pertanyaan terkait potensi penyakit yang bakal timbul.
"Memang akan digarong itu sapi perlu dikawal - kawal, " Celetuk salah satu peternak asal karagasem yang menolak disebutkan namanya.
Itu akan menjadi masalah bila salah satu dari ribuan sapi yang selama ini tidak pernah boleh masuk Bali mengidap penyakit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), juga dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD), adalah penyakit hewan menular yang sangat serius dan disebabkan oleh virus.
Atau penyakit ingusan atau Malignant catarrhal fever (MCF) adalah penyakit yang bersifat fatal pada sapi bali yang disebabkan oleh virus Ovine Herpesvirus-2 (OvHV-2) yang dibawa oleh hewan reservoir domba (sheep-associated).
Atau Anthrax, penyakit ini adalah penyakit infeksi bakteri yang menular dari hewan ternak, seperti sapi atau kambing.
Seseorang dapat terserang anthrax jika menyentuh atau memakan daging hewan yang terinfeksi penyakit ini. Anthrax merupakan penyakit serius yang bisa menyebabkan kematian.
Kondisi itu dapat terjadi bila sapi tersebut mengeluarkan feses (kotoran), air liur, kencing yang mengandung penyakit tersebut di dalam tubuh sapi walau belum terlihat gejalanya. Tentu ini sangat berbahaya bagi peternak Bali.
Artinya yang dilindungi disini peternak Bali atau siapa? Belum lagi sapi NTB merupakan saingan produk yang sejenis dengan sapi Bali, tentu bila banjir dipasaran, sapi Bali juga akan bertambah hancur harganya.
"Masa dilakukan tanpa kajian, konyol ini"
Menghubungi narasumber lainnya selain yang bungkam, Dewa Made Anom. Ia merupakan ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bali periode 2023-2027.
"Melalulintaskan hewan dari daerah tertular ke daerah bebas perlu kajian yang sangat mendalam karena akan berdampak yang sangat luas"
"Transpotasi sapi dari NTB melintasi pulau bali menuju jawa harus mempertimbangkan semua hal, karena memiliki resiko yang sangat tinggi memasukan sapi dari daerah tertular menuju / melewati daerah bebas (penyakit), " Ungkapnya dalam pesan elektronik, Minggu (27/04/2025).
Ia juga menjelaskan perlunya pengawasan yang sangat ketat agar tidak ada yang singgah di Bali. Ini dilakukan oleh otoritas veteriner yang membidangi fungsi kesehatan hewan.
Secara epedimiology yang sangat mengkhawatirkan adalah penyakit yang bersifat zoonosis, penyakit yang menular ke manusia bersumber dari hewan salah satunya antraks yg bisa di bawa oleh sapi.
"Ini sangat di takuti karena ada kemungkinan bakteri Bacillus anthracis bisa masuk bali yg di bawa oleh sapi tersebut"
"Resiko ini sangat tinggi, sedangkan Bali bebas Antraks, ini resiko yang sangat tinggi"
Tentu tidak dengan alasan, kontaminasi lingkungan karena spora antraks dapat bertahan lama di lingkungan dan dapat mengkontaminasi tanah air dan udara di bali.
"Harus dilakukan disinfektan terhadap sapi di pelabuhan lembar sebelum masuk Bali, untuk meminimalisit penyakit yang bisa dibawa oleh sapi tersebut, " Pungkasnya. (Ray)