Laut Arab Memanas! India Tembakkan Rudal BrahMos Saat Hubungan dengan Pakistan di Ujung Tanduk

Laut Arab — Suara gelegar rudal BrahMos mengoyak ketenangan Laut Arab akhir pekan ini. Dalam sebuah unjuk kekuatan yang dramatis, sejumlah kapal perang India sukses meluncurkan rudal jelajah berkecepatan tinggi dalam latihan tembak langsung, di tengah ketegangan panas antara India dan Pakistan yang nyaris mendidih.
Melalui unggahan di platform X pada Minggu (27/4/2025), Angkatan Laut India memamerkan momen-momen mendebarkan peluncuran rudal BrahMos anti-kapal dan anti-permukaan. Video dan foto-foto itu mengabadikan kesiapsiagaan armada India yang bersenjata penuh, seolah mengirim pesan keras ke segala penjuru.
"Siap tempur, kredibel, dan siap menghadapi masa depan untuk menjaga kepentingan maritim bangsa," demikian caption penuh semangat dari akun resmi @indiannavy. India menegaskan bahwa peluncuran tersebut untuk menguji kesiapan sistem dan kru dalam skenario serangan ofensif jarak jauh.
Dalam laporan NDTV, latihan ini tak hanya melibatkan kapal-kapal perusak kelas berat, tetapi juga memperkenalkan bintang baru: INS Surat. Kapal perang tercanggih buatan dalam negeri ini sukses menghancurkan target laut dengan sistem rudal permukaan-ke-udara jarak menengah (MR-SAM). Financial Express bahkan menyebut INS Surat sebagai salah satu kapal perusak terbesar dan tercanggih dunia, membanggakan dominasi teknologi lokal India.
Namun di balik dentuman rudal dan kegagahan armada, ada bara yang menyala di daratan. India dan Pakistan, dua tetangga bersenjata nuklir, kini berada di ujung tanduk setelah serangan teror berdarah di Lembah Baisaran, Kashmir, yang menewaskan 26 turis Hindu, Selasa lalu (22/4/2025). Kelompok militan The Resistance Front (TRF) yang diduga berafiliasi dengan Lashkar-e-Taiba mengklaim bertanggung jawab atas tragedi tersebut.
India langsung menuding Pakistan mendalangi infiltrasi militan ke wilayah Kashmir. Tak tinggal diam, India menurunkan hubungan diplomatik, mengusir diplomat Pakistan, menutup perbatasan darat, hingga menangguhkan Perjanjian Air Indus yang vital. Pakistan membalas dengan menutup wilayah udaranya untuk maskapai India dan menghentikan lalu lintas barang dari negara ketiga.
Baku tembak meletus selama tiga malam berturut-turut di sepanjang Line of Control (LoC), memperparah suasana. Operasi militer India di Kashmir pun kian intensif.
Ketegangan ini juga memunculkan retorika panas dari Islamabad. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Sky News, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif memperingatkan bahwa konfrontasi ini bisa meledak menjadi "perang habis-habisan" dengan konsekuensi nuklir yang tragis.
Lebih panas lagi, Menteri Perkeretaapian Pakistan, Hanif Abbasi, dalam konferensi persnya dengan lantang menyatakan bahwa Pakistan memiliki 130 rudal balistik—termasuk Shaheen dan Ghaznavi—yang sudah diarahkan ke India.
"Rudal-rudal itu bukan untuk dipajang. Mereka diarahkan ke Hindustan," tegas Abbasi, seperti dikutip The Times of India. Ia menambahkan bahwa India tidak mengetahui pasti lokasi semua rudal tersebut, memperkuat ancaman yang tampak bukan sekadar gertakan.
Sementara itu, di balik hiruk-pikuk ancaman militer, Pakistan tengah bergelut dengan krisis ekonomi berat. Inflasi melonjak, utang luar negeri membengkak, dan warga sipil pun menanggung derita hingga banyak yang memilih langkah tragis mengakhiri hidup. Sebuah potret getir dari negeri yang kini harus menghadapi dua peperangan sekaligus: di medan ekonomi dan di batas negara.
Konflik ini bukan sekadar perebutan wilayah atau harga diri nasional—namun bisa menyeret dunia pada ketegangan global yang jauh lebih besar. (Ray)