Tuduhan dan Air Mata, Demi Pengabdian "Bongkasa Festival" Perbekel Luki Dalam Jeruji Besi

Tuduhan dan Air Mata, Demi Pengabdian "Bongkasa Festival" Perbekel Luki Dalam Jeruji Besi
Ketut Luki, dokumentasi.

BADUNG - Perbekel Bongkasa, I Ketut Luki (59) yang kini harus menjelaskan kepada masyarakat terhadap kejadian Operasi Tangkap Tangan (OTT), terhadap dugaan meminta 'fee' proyek (5/11/2024) pembangunan Pura Desa Adat Kutaraga, Desa Bongkasa, Badung, Bali, dengan anggaran sebesar Rp 2,47 miliar. 

Tuduhan yang banyak berkembang melalui pemberitaan media massa dan media sosial yang diduga hanya menyudutkan Ketut Luki membuat awak media Gatra Dewata menelusuri pandangan langsung dari tokoh asal Desa Bongkasa ini.

Tuduhan seringnya meminta 'fee' dari kontraktor CV Wana Bhumi Karya, penelusuran lebih lanjut awak media juga sempat menghubungi Kadek Doddy Setiawan selaku Direktur melalui pesan whatsApp belum juga mendapatkan jawaban atas tuduhan itu.

Dalam dakwaan JPU dijelaskan berdasarkan Keputusan Bupati Badung Nomor 60/0419/HK/2022 dan Nomor 65/0419/HK/2024, I Ketut Luki menjabat sebagai Perbekel Bongkasa untuk periode 2022-2030. Sebagai kepala desa, ia memiliki kewenangan dalam mengelola keuangan desa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 20 Tahun 2018.

Pada Senin (17/02/2024) awak media mengunjungi Lapas Kerobokan, mendengar langsung penjelasan dari Ketut Luki. Ia menerangkan awal mula kebutuhan dana yang sampai menjerat dirinya.

Dalam menginisiasi peringatan hari lahirnya Desa Bongkasa yang belum ada ketetapan, dalam penelusuran dokumen / lontar terkait sejarah desa yang berujung penetapannya dikemas dalam bentuk Bongkasa Festival.

Puncak Pelaksanaannya tanggal 26 Oktober 2024 yang dimulai dari 24 Oktober 2024, dengan menggunakan dana APBDes 2024 dan dukungan dari seluruh Masyarakat.

"Berkaitan dengan hal tersebut kami selaku Perbekel Desa Bongkasa berinisiatif memberikan himbauan kepada Masyarakat atau pengusaha yang bergerak di Desa Bongkasa untuk memberikan dukungan untuk mensukseskan pelaksanaan Bongkasa Festival, " jelas Ketut Luki sambil berkaca - kaca merenungi nasibnya.

Tokoh yang sangat sederhana dengan sering menggunakan sepeda ontel keliling Desa Bongkasa menjelaskan bahwa pemberian dana Rp.20 Juta dari pemborong tersebut akan digunakan untuk menutup kekurangan dana yang membengkak terutama dalam pembiayaan latihan semua kegiatan, penyediaan tenda tambahan karena cuaca hujan dan properti lainnya. 

Dimana keperluan biaya melebihi dari pagu anggaran yang tersedia di APBDes.

"Tidak ada maksud memperkaya diri sendiri seperti yang dituduhkan banyak pihak, " ujarnya sambil menggenggam tangan kami melalui jeruji besi ruang besuk.

Ia juga menyarankan untuk mengecek aset yang dia miliki, bukan bertambah banyak alih - alih banyak berkurang bahkan ada hutang di koperasi desa.

"Mungkin ada pihak - pihak yang tidak senang dengan cara kami memimpin desa yang mengutamakan kepentingan rakyat sehingga mungkin mereka dirugikan secara politis atau ekonomi, sehingga memicu musibah yang menimpa kami, " pungkasnya, sambil menerima oleh - oleh ala kadarnya untuk sedikit memberikan ruang rindu diluar jeruji besi. (Ray)