Nak Bali, Berhenti Jadi Penonton Sarkasme! Seruan Man Tayax: Jangan Warisi Luka, Wariskan Adab!

Bali — Sebuah seruan reflektif yang menyentuh nadi kesadaran masyarakat Bali disuarakan lantang oleh I Nyoman Sukataya alias Man Tayax dalam pernyataan yang kini viral di berbagai platform media sosial.
Pesan bertajuk "Suluh Dewek – Saatnya Berkaca, Nak Bali dan Budaya Menghujat yang Menggerus Masa Depan Adab Manusia Bali" ini bukan sekadar kritik sosial, melainkan tamparan moral yang menggugah.
Dalam pernyataannya, Man Tayax mengajak seluruh masyarakat Bali untuk berhenti sejenak dan berkaca, bukan kepada orang lain, melainkan kepada diri sendiri. Ia menyoroti fenomena digital yang menjamur di kalangan Nak Bali, di mana budaya hujat, sindir, dan fitnah kini lebih digemari daripada budaya literasi dan dialog sehat.
"Bali tidak kekurangan pemimpin. Bali kekurangan masyarakat yang mau berpikir, membaca, dan mendengar," tegasnya. Ia prihatin melihat banyak anak Bali yang justru lebih cepat mencaci daripada mengkaji, lebih percaya pada suara influencer daripada suara akal sehat.
Lebih jauh, Man Tayax menyesalkan sikap mental yang kian mengakar: enggan mengapresiasi prestasi sesama, mudah menjatuhkan, sulit meminta maaf, dan terlalu bangga dengan masa lalu sambil menolak kritik terhadap masa kini.
"Kita hidup di era digital, tapi belum siap jadi masyarakat digital," sindirnya. Media sosial, kata dia, telah berubah menjadi panggung sarkasme, tempat karakter dibantai dan prestasi dipinggirkan.
Ia mengajak Nak Bali untuk tidak mewarisi luka sosial dan kebiasaan buruk ini kepada generasi selanjutnya. Sebaliknya, Bali harus kembali menjadi tanah beradab, tempat di mana kritik dibangun dengan niat, bukan dendam, dan perbedaan dipahami dengan kepala dingin, bukan dengan emosi panas.
Pesan ini bukan serangan. Ini adalah peringatan keras yang sekaligus menjadi panggilan jiwa — agar Nak Bali bisa bangun dari tidur panjangnya yang penuh kebanggaan palsu, dan mulai membangun masa depan dengan adab, bukan dengan hujat.
“Sadari sedari sekarang, Nak Bali. Jadilah Balian—bukan hanya menyembuhkan orang lain, tapi terlebih dahulu menyembuhkan diri sendiri,” pungkas Man Tayax. (Ray)