HKTI Bali Motivasi Petani untuk Mengembangkan Tanaman Sorgum di Kabupaten Buleleng

HKTI Bali Motivasi Petani untuk  Mengembangkan Tanaman Sorgum di Kabupaten Buleleng
Dok : Ketua DPD HKTI Bali, Gede Sedana
HKTI Bali Motivasi Petani untuk  Mengembangkan Tanaman Sorgum di Kabupaten Buleleng

Bali Satu Berita | Buleleng - Pengembangan Sorgum di tingkat petani perlu semakin ditingkatkan dalam aspek luasan areal dan jumlah petani pembudidaya guna menghasilkan produksi yang semakin tinggi. Demikian disampaikan oleh Ketua DPD HKTI Bali, Gede Sedana pada kegiatan Sosialisasi Pengembangan Budidaya Sorgum dan Pangan, Menuju Buleleng Mandiri Pangan yang Berkelanjutan, yang diselenggarakan oleh Banteng Muda Indonesia (BMI) Buleleng di Aula Kantor Kepala Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng pada hari Minggu, 2 April 2023.

Gede Sedana yang juga Rektor Dwijendra University dalam presentasinya sebagai nara sumber mengungkapkan bahwa lahan pertanian di Buleleng yang relatif luas memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikelola melalui budidaya sorgum karena nasih terlihat adanya lahan-lahan yang tidak produktif dan belum diusahakan secara maksimal. Padahal, pengembangan sorgum memiliki persyaratan tumbuh yang tidak membutuhkan air yang banyak, dan sebaliknya pengembangannya mampu memperbaiki struktur dan kualitas tanah, imbuh Sedana yang juga sedang mengusahakan tanaman sorgum seluas 1,5 ha di Desa Pacung, Tejakula.
Kegiatan sosialisasi pengembangan sorgum yang dibuka oleh Putu Mangku Budiasa, SH.M.Hum. selaku Ketua Komisi B DPRD Buleleng mengajak peserta sosialisasi untuk semakin meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta keterampilannya dalam melakukan budidaya sorgum. Budiasa juga menekankan agar peran serta petani termasuk wanita tani dalam pengelolaan di tingkat hilir yaitu pasca panen guna menambah penghasilan keluarga.
Sementara itu, Dr. dr. Ketut Putra Sedana, Sp.OG. selaku Ketua BMI Buleleng memberikan gambaran tentang keberadaan sorgum baik dari aspek teknis, budidaya, ekonomis dan kesehatan sehingga akan menjadi komoditas alternatif pangan selain beras. Putra Sedana yang sering dikenal dengan sebutan dr. Caput memberikan motivasi kepada para peserta untuk memulai mengembangkan tanaman sorgum, karena aktivitas di hilir sudah disiapkan, yaitu perusahaan yang membeli produk-produk sorgum untuk diolah dan dipasarkan. Tentunya, program pengembangan sorgum akan memberikan manfaat secara ekonomis bagi para petani termasuk warga masyarakat. Buleleng harus dibangun melalui tanaman sorgum karena sejatinya Sorgum itu adalah jagung gembal yang menjadi icon Buleleng, dimana pada Patung Singa Ambara Raja menggenggam jagung gembal.
Nengah Suparna selaku praktisi tanaman sorgum memberikan penjelasan secara teknis dan ekonomis tentang usahatani sorgum yang dikembangkan dengan prinsip berkelanjutan. Integrasi dari hulu sampai ke hilir merupakan kunci pokok untuk menjadi Buleleng Mandiri Pangan secara berkelanjutan, tambah Suparna yang sekaligus mahasiswa Fakultas Pertanian, Dwijendra Unuversity. ( *** )