Taruna STIP Asal Bali Tewas Dianiaya Senior

Taruna STIP Asal Bali Tewas Dianiaya Senior
Lagi-lagi kekerasan dalam dunia pendidikan.

JAKARTA - Kejadian tewasnya taruna asal Bali yang berulang kembali terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Jakarta Utara, akibat penganiayaan oleh senior, mendapat tuntutan dari keluarga korban.

Taruna dengan inisial P (19) korban penganiayaan ini membuat keluarga berang. Mereka menyatakan akan menuntut pertanggungjawaban pihak kampus karena membiarkan peristiwa ini terjadi.

"Saya mau tuntut yang memukul itu sama pihak sekolah, anak saya sehat-sehat saja tiba-tiba meninggal dunia," ujar  paman korban, Nyoman Budi Arto di Jakarta, Sabtu.

Dan ia meminta pelaku dihukum berat sesuai dengan perbuatannya, karena telah menghilangkan nyawa dari keluarganya.

"Saya punya anak dibegitukan, seandainya juga dia punya anak digituin juga bagaimana, saya akan tuntut pihak kampus"

Kejadian itu berawal dari pihak STIP menghubungi dirinya pada Jumat pagi sekitar pukul 09.00 WIB yang memberitahukan taruna tingkat satu angkatan 2023 berinisial P meninggal dunia.

Ia merupakan anak pertama dari tiga saudara yang masuk sebagai taruna sekolah yang berada di bawah Kementerian Perhubungan tersebut.

"Iya dihajar, di seret ke toilet lalu dipukiul beramai - ramai. Tapi tidak jelas apa penyebabnya, " jelasnya.

Budaya seperti harusnya dihilangkan, karena menurut info yang beredar melalui Youtube tidak ada budaya kekerasan di STIP, kalo masih ada sebaiknya dibubarkan saja sekolahnya.

Kondisi jesad korban terdapat luka lebam di bagian dadanya, yang diinfokan pemukulmya satu orang, tapi ada 5 saksi.

Sebelumnya Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Ahmad Wahid menyatakan budaya kekerasan atau aksi perpeloncoan senior kepada junior di kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan tersebut sudah dihapuskan meski kembali siswa tewas akibat aksi penganiayaan.

"Tidak ada budaya perpeloncoan di kampus ini dan itu penyakit turun temurun yang sudah dihilangkan," kata Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Ahmad Wahid di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan dirinya sudah satu tahun di kampus ini dan tidak ada budaya tersebut.

Terkait dengan meninggalnya taruna tingkat satu berinisial P pada Jumat pagi, menurut dia hal itu di luar kuasa dirinya karena kejadian terjadi di luar program yang dibuat kampus.

"Budaya itu sudah kami hilangkan, itu murni person to person," kata Wahid. (Tim)