Perencanaan Tata Ruang Laut, Bali sebagai Pusat Diskusi Global
BADUNG – Indonesia, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, dipercaya menjadi tuan rumah Forum Internasional ke-6 tentang Perencanaan Tata Ruang Laut yang diadakan pada 8-11 Oktober 2024 di Bali. Acara ini mempertemukan pembuat kebijakan, praktisi, serta perwakilan sektor maritim dari 51 negara, membahas solusi dan komitmen untuk pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.
Forum ini menghadirkan beberapa tokoh penting, seperti Julian Barbière, Kepala Bagian Kebijakan Kelautan dan Koordinasi Regional UNESCO-IOC, Felix Leinemann dari DG MARE, Wenxi Zhu dari IOC Sub-Commission for the Western Pacific (Westpac), serta pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, di antaranya Suharyanto dan Arief Widianto. Kehadiran mereka memperkaya diskusi terkait tantangan dan solusi pengelolaan laut global.
Dalam forum ini, tiga tema utama yang selaras dengan Peta Jalan terbaru menjadi fokus utama, yaitu perlindungan dan pemulihan laut, perubahan iklim, serta ekonomi biru yang berkelanjutan.
Perlindungan dan Pemulihan Laut
Sesi ini menyoroti pentingnya mengalokasikan ruang laut untuk kawasan konservasi guna melindungi keanekaragaman hayati. Namun, terdapat sejumlah tantangan seperti aspek legal, kesiapan data, serta konflik antara pemangku kepentingan. Forum merekomendasikan pembentukan mekanisme kelembagaan yang terintegrasi serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan pembangunan basis data yang terhubung antara perencanaan ruang laut dan kawasan konservasi.
Perubahan Iklim
Pembahasan tema ini berfokus pada pentingnya mengintegrasikan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam perencanaan ruang laut. Tantangan terbesar adalah rendahnya pemahaman pemangku kepentingan tentang risiko perubahan iklim serta kurangnya panduan global. Forum ini menyarankan peningkatan literasi iklim serta pembuatan panduan global agar perencanaan lebih komprehensif dalam menghadapi perubahan iklim.
Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
Forum juga membahas bagaimana perencanaan tata ruang laut yang tepat dapat mendukung terciptanya ekonomi biru yang efisien, adil, dan berkelanjutan. Tata kelola ruang laut yang baik diyakini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan prinsip kelestarian lingkungan.
Selain diskusi, forum ini menyelenggarakan kegiatan "Stakeholder Day", di mana para peserta mengunjungi beberapa lokasi di Bali seperti Mangrove Information Center, Budidaya Karang Hias, Turtle Conservation and Education Center, serta Pelabuhan Terpadu Benoa. Kegiatan ini bertujuan untuk memahami langsung implementasi perencanaan ruang laut oleh para pemangku kepentingan lokal dan melihat peran mereka dalam menjaga ekosistem laut.
Dengan demikian, Forum Internasional ke-6 ini memberikan kontribusi nyata dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan laut global, terutama dalam konteks perubahan iklim dan pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Sakti Wahyu Trenggono, mengungkapkan, “Indonesia telah menyelesaikan perencanaan untuk 21 lokasi. Ini merupakan bukti nyata komitmen Indonesia dalam menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pemanfaatan sumber daya laut.”
Kepala Bagian Kebijakan Kelautan dan Koordinasi Regional UNESCO-IOC, Julian Barbière, juga menyatakan bahwa forum ini menjadi sarana untuk mempromosikan riset perencanaan tata ruang laut serta mendorong kolaborasi global dalam menghadapi tantangan sektor maritim. (Ich)