Tak Tutup Akses Nelayan, Masyarakat Serangan Akui Keterbukaan Komunikasi BTID

Tak Tutup Akses Nelayan, Masyarakat Serangan Akui Keterbukaan Komunikasi BTID

Mari duduk bersama dan komunikasi, tanpa ada kepentingan personal," khan sudah dibentuk group WA antar BTID dan Perangkat desa, ungkapnya.

Denpasar |Balisatuberita - Masyarakat Serangan I Nyoman Gede Pariatha mengakui komunikasi PT Bali Turtle Island Development (BTID) sebagai pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali sudah terbuka dengan masyarakat Serangan pada khususnya di Denpasar, Senin (13/11).

Selain melakukan sosialisasi langsung ke nelayan yang menegaskan KEK Kura Kura Bali membantah menutup akses laut bagi para nelayan tradisional terkait pengurusan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL).

Namun pihak KEK Kura Kura Bali juga sudah membentuk WA Group dalam memudahkan melakukan komunikasi dengan masyarakat Serangan.

Selain itu, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar juga sudah beberapa kali melakukan sosialisasi kepada lembaga - lembaga terkait KKPRL.

Sebagaimana Kadis Perhubungan (Kadishub) Kota Denpasar I Ketut Sriawan memimpin rapat "Harmonisasi Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Serangan" di Denpasar, Rabu, 25 Oktober 2023.

Acara itu telah dihadiri pihak Desa Dinas dan Desa Adat yang diwakili oleh Sekretaris Lurah dan perwakilan Nelayan yang bernama Usman. Pada kesempatan itu, Bendesa Adat Serangan tidak hadir. 

Dalam rapat ini hadir pula dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL), yang juga menerangkan kejelasan mengenai KKPRL adalah merupakan upaya penarikan  Pendapatan Negara Bukan Pajak seperti retribusi (PNPB) dari perusahaan yang melakukan pengusahaan (tidak boleh penguasaan) di laut.

Dalam rapat tersebut dibahas juga kejelasan mengenai Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) bahwa tidak ada penguasaan laut oleh BTID ataupun DEB. Untuk itu, nelayan tradisional tetap bisa beraktivitas seperti biasa. 

Untuk itu, pihaknya tetap mengajak masyarakat Serangan tetap komunikasi dengan baik dengan pihak BTID yang tengah melakukan penataan pembangunan.

Mengingat kehadiran BTID di Serangan akan berdampak pada masyarakat dan lingkungan. "Investor hadir juga sudah diatur oleh Undang-Undang (UU), aturan desa juga tidak bertentangan dengan aturan di atasnya," ujar Pariatha.

Maka dari itu, pihaknya pun mengajak masyarakat maupun pihak KEK Kura Kura Bali (BTID) bisa duduk bersama, saling komunikasi dan sinergi. 

"Mari duduk bersama dan komunikasi, tanpa ada kepentingan personal," ungkapnya.

Upaya itu dalam mencegah ada aksi demo susulan, seperti yang terjadi pada Oktober lalu. 

Menurutnya, pihak KEK Kura Kura juga tidak ada menutup akses jalan, khususnya bagi 
para nelayan tradisional. Meskipun dalam proses penataan KEK Kura Kura ada pemindahan akses jalan, karena memang dalam proses penataan. 

Apabila KEK Kura Kura Bali sudah berjalan bisa bermanfaat bagi banyak pihak,  khususnya bagi masyarakat Serangan. Karena pembangunan itu baru saja kembali bisa digarap setelah pandemi covid 19 dimana proyek itu sudah berjalan selama puluhan tahun. 
 
Sementara itu, Pengelola KEK Kura Kura Bali dalam rangka memenuhi peraturan perundangan yang berlaku mengajukan usulan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) kepada pemerintah untuk membayar Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diwajibkan kepada badan usaha dalam UU Cipta Kerja

Menurut Kepala Komunikasi dan Hubungan Masyarakat PT BTID, Zakki Hakim, sebagai Kawasan Ekonomi Khusus yang memiliki rencana kegiatan pariwisata bahari termasuk pengembangan Taman Koral dan Wisata Koral, maka KKPRL wajib diajukan oleh BTID. Hal ini dikarenakan aturan baru ini mewajibkan BTID sebagai badan usaha untuk membayar Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) atas areal yang dimanfaatkan. 

Aturan ini tidak berlaku bagi nelayan tradisional dalam melakukan kegiatan ekonomi seperti biasa. “Menurut aturan yang disampaikan Kementerian dan Dinas, masyarakat nelayan tradisional tetap dapat berkegiatan seperti biasa,” kata Zakki di Denpasar, Selasa (7/11).

Kebijakan di atas seharusnya tidak berdampak kepada masyarakat nelayan tradisional yang tetap dapat melakukan kegiatan hariannya, karena kebijakan ini ditujukan oleh Pemerintah pusat untuk mendapatkan PNBP dari para pengusaha, badan usaha atau badan hukum yang melakukan kegiatan ekonomi di ruang laut.

Pejabat Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Dikor Jupantara, telah meluruskan dalam beberapa kesempatan sosialisasi yang juga dihadiri pimpinan Desa Dinas dan Desa Adat Serangan serta perwakilan Nelayan Serangan, bahwa Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) adalah soal “pengusahaan, bukan penguasaan” laut.

BPSPL dalam kesempatan sosialisasi di kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali pada 12 September 2023 dan di kantor Dinas Perhubungan pada 25 Oktober 2023 memaparkan bahwa KKPRL ini tidak menghalangi masyarakat nelayan tradisional dalam berkegiatan di laut seperti biasa. Beliau menambahkan KKPRL ini adalah bagian dari upaya pemerintah dalam mengumpulkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) seperti retribusi. 

BPSPL mendasarkan KKPRL pada UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja yang pada pasal 47 menetapkan bahwa setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang laut secara menetap di wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi wajib memiliki perizinan berusaha terkait pemanfaatan di laut. 

Menurutnya, izin berusaha dalam hal ini KKPRL merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi oleh badan usaha yang melakukan kegiatan ekonomi di laut, namun tidak berlaku bagi dan tidak mempengaruhi akses nelayan tradisional dalam berkegiatan ekonomi di wilayah yang sama.  

Dengan adanya banyak kegiatan budidaya komersial di ruang laut, maka diperlukan penataan KKPRL oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), sehingga nantinya tidak ada tumpang tindih dan semua kegiatan dapat berjalan beriringan dan saling menguntungkan. 

Pihak BPSPL juga telah melakukan setidaknya dua kali sosialisasi mengenai KKPRL dan topik lain terkait kelautan dan perikanan di Desa Serangan, dan juga menerima audiensi tersendiri dari para pimpinan dan perwakilan nelayan Desa Serangan.( * )