Prabowo di Persimpangan, Pemimpin Tangguh atau Bayang-Bayang Jokowi?

Prabowo di Persimpangan, Pemimpin Tangguh atau Bayang-Bayang Jokowi?
Prabowo Subianto.

DENPASAR – 100 hari pertama Presiden Prabowo Subianto memimpin Indonesia diwarnai drama politik, warisan ekonomi, dan isu kontroversial yang mengguncang opini publik. 

Mulai dari kabinet "gemuk" yang dipenuhi loyalis Jokowi hingga utang negara yang membebani, pemerintahan Prabowo dihadapkan pada ujian berat sejak awal.

Namun, perhatian publik semakin memanas ketika kehadiran Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden dianggap sebagai "mata" Jokowi dalam pemerintahan. 

Apakah Prabowo benar-benar memegang kendali penuh, atau hanya melanjutkan dinasti politik Jokowi dalam kemasan baru?

Dilema Kabinet Gemuk dan Bayang-Bayang Jokowi

Dengan masuknya tokoh-tokoh pro-Jokowi seperti Luhut Pandjaitan dan Adhi Ari, muncul narasi bahwa kabinet Prabowo hanyalah kelanjutan politik Jokowi. 

Bahkan, kabinet ini dinilai sebagai yang paling "gemuk" dalam sejarah reformasi. Kritik mencuat bahwa pembentukan kabinet tersebut lebih untuk memuaskan koalisi daripada merancang kebijakan strategis.

Warisan Ekonomi yang Berat

Selain itu, Prabowo dihadapkan pada tantangan ekonomi besar, termasuk utang yang menggunung dari pemerintahan sebelumnya. Ruang fiskal yang sempit membuat setiap langkah ekonomi diawasi ketat oleh pasar dan publik.

Kritik dan Polemik Politik

Di tengah kondisi ini, isu besar lainnya turut mencuat, mulai dari kritik pedas terhadap vonis ringan kasus korupsi hingga kisruh internal PDIP yang menyebutkan dugaan skandal politik tingkat tinggi. 

Penganugerahan Jokowi sebagai "Pemimpin Terkorup Dunia" oleh OCCRP juga menyita perhatian global, meski pemerintah tetap bungkam.

Prabowo, Pemimpin Independen atau Boneka?

Keberanian Prabowo untuk menempatkan dirinya sebagai pemimpin independen tengah diuji.

Dalam 100 hari pertama ini, banyak pihak menilai dirinya lebih sibuk "menjinakkan" warisan Jokowi daripada membuat gebrakan baru.

Namun, beberapa langkah strategis, seperti fokus pada pemberantasan korupsi dan kritik terhadap vonis ringan pelaku korupsi besar, menunjukkan bahwa Prabowo masih memiliki potensi untuk keluar dari bayang-bayang politik masa lalu.

Istana Baru, Simbol Modernisasi atau Sekadar Ambisi?

Wacana pembangunan Istana Negara di ibu kota baru, Nusantara, semakin memperkeruh dinamika politik. 

Proyek ini dianggap oleh pendukung sebagai simbol modernisasi, tetapi dikritik sebagai langkah ambisius yang mengabaikan kebutuhan rakyat.

Akankah Prabowo Bangkit?

Semua mata tertuju pada 100 hari pertama ini. Apakah Prabowo akan menunjukkan dirinya sebagai pemimpin tangguh yang mampu menghadapi tekanan politik dan ekonomi, ataukah ia akan terus dilihat sebagai figur yang tersandera oleh masa lalu?

Perjalanan baru ini baru dimulai, dan masyarakat Indonesia masih menunggu gebrakan besar dari seorang presiden yang pernah digadang-gadang sebagai harapan baru. (Ray)