Melestarikan Harmoni Semesta, Yayasan Bakti Pertiwi Jati Hidupkan Kesadaran Sad Kreti Loka
DENPASAR - Bulan Bakti Yayasan Bakti Pertiwi Jati hadir dengan tema "Bakthi Ring Ibu Pertiwi", mengusung ritus pemuliaan Sad Kreti Loka—enam dimensi harmoni alam yang menjadi inti keseimbangan semesta.
Acara ini diselenggarakan di Pura Luhur Pakendungan, sebuah situs suci dengan simbol-simbol alam yang merepresentasikan Giri Kreti (gunung), Wana Kreti (hutan), Ranu Kreti (danau), Swi Kreti (sawah), Segara Kreti (laut), dan Jagat Kreti (lingkungan).
Melalui prosesi sakral berupa penanaman pohon utama di berbagai lokasi seperti Wana Pingit, Carik, dan Danu, Yayasan Bakti Pertiwi Jati merangkul filosofi leluhur Bali untuk melestarikan alam. Prosesi ini dipimpin oleh para pemuka adat seperti Ida Bhagawan Agra Sagening dan Mangku Gde Pura Pakendungan.
Makna Filosofis dan Spiritual
Filosofi Sad Kreti yang tertuang dalam Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul menjadi landasan kegiatan ini. Dalam lontar tersebut, kehidupan masyarakat Bali dipandu oleh pemuliaan alam sebagai sumber kemakmuran dan keseimbangan, yang tercermin dalam sistem Subak (Swi Kreti) dan Desa Adat (Jagat Kreti).
Selain itu, air sebagai tirta suci memegang peran sentral dalam ritus dan kehidupan spiritual masyarakat Bali. Perjalanan air dari gunung, hutan, danau, hingga sawah dan desa, mencerminkan siklus ekologis yang dipadukan dengan kesadaran spiritual.
Pelestarian Warisan Leluhur
Melalui kegiatan ini, Yayasan Bakti Pertiwi Jati mempertegas bahwa melestarikan situs-situs suci bukan sekadar tindakan konservasi, tetapi juga perjalanan spiritual untuk menghormati leluhur.
Pemuliaan situs seperti Segara Kidul, Beji Danu, dan Wana Pingit adalah upaya menjaga keseimbangan semesta untuk generasi mendatang.
Kegiatan ini menegaskan kembali pentingnya harmoni antara manusia dan alam, serta peran kearifan lokal dalam menjaga keajegan peradaban Bali. (Ray)
#SadWinayakaYasaKreti
#PaguyubanBaturAwidya
#PaguyubanKawalaRanuTamblingan