Bandara Internasional Bali Utara, Harapan Baru Ekonomi dan Pariwisata

BULELENG – Pembangunan Bandara Internasional Bali Utara di Kubutambahan, Buleleng, resmi dipacu setelah masuk daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam RPJMN 2025–2029. Landasan hukum proyek ini ditegaskan lewat Perpres Nomor 12 Tahun 2025 yang ditandatangani Presiden Prabowo Subianto pada 10 Februari 2025.
Sejak kampanye 3 November 2024 di Sanur, Prabowo telah menegaskan bahwa bandara ini bukan sekadar sarana transportasi, melainkan instrumen untuk mewujudkan pemerataan ekonomi. “Kita harus berani berpikir besar. Hal yang dianggap mustahil harus kita buktikan bisa,” ujarnya kala itu.
Momentum besar ditandai dengan peluncuran desain bandara pada 24 September 2025 di Kantor PT BIBU Panji Sakti, Buleleng. Acara ini dihadiri CEO PT BIBU Panji Sakti Erwanto Sad Adiatmoko, Komisaris Utama Jenderal (Purn) Sutarman, Wakil Presiden Komisaris Marsekal (Purn) Ida Bagus Putu Dunia, Komisaris Komjen (Purn) I Made Mangku Pastika, serta 13 penglingsir puri dari Paiketan Puri-Puri se-Jebag Bali (P3SB). Kehadiran tokoh adat, perbekel, serta pemuka agama menunjukkan dukungan sosial-budaya yang kuat.
Penglingsir Puri Buleleng, Anak Agung Ugrasena, menyebut proyek ini akan menjadi titik balik pembangunan Bali. “Selama ini pembangunan lebih banyak terkonsentrasi di Bali Selatan. Hadirnya bandara di Buleleng akan menghadirkan keseimbangan sekaligus menjadi warisan penting bagi generasi berikutnya,” ungkapnya.
Desain bandara dikerjakan Alien Design Consultant (Alien DC) dengan filosofi Tri Hita Karana, yang menekankan harmoni manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Terminal utama seluas 200 ribu meter persegi akan mengusung konsep ramah lingkungan, menggunakan energi terbarukan, dan menyatu dengan lanskap pegunungan serta pantai utara Bali.
Bandara dirancang memiliki dua landasan pacu internasional sepanjang 3.600 meter yang mampu melayani Airbus A380 hingga Boeing 777. Kapasitas awalnya ditargetkan 20 juta penumpang per tahun, dengan potensi pengembangan hingga 50 juta. Selain itu, fasilitas kargo berkapasitas 250 ribu ton per tahun akan memperkuat rantai pasok nasional.
Secara ekonomi, keberadaan bandara diyakini menyerap lebih dari 200 ribu tenaga kerja, meningkatkan pariwisata Bali Utara, memperlancar distribusi hasil pertanian, serta membuka pintu investasi baru di sektor perhotelan, transportasi, dan ekonomi kreatif.
Marsekal (Purn) Ida Bagus Putu Dunia menyebut rancangan bandara ini sebagai wajah masa depan Bali. “Ini bukti bahwa teknologi global bisa menyatu dengan budaya lokal. Modern, hijau, tapi tetap berakar pada tradisi,” katanya.
Dengan berjalannya proyek ini, visi pemerataan pembangunan yang digagas Presiden Prabowo kian menemukan wujud nyata. Bandara Bali Utara hadir bukan hanya sebagai pintu gerbang baru, tetapi juga sebagai simbol kemajuan yang tetap berpijak pada kearifan lokal. (Ray)