Edukasi Pencegahan Dengue and Pemanfaatan Tanaman Pengusir Nyamuk di Kawasan Pariwisata
Oleh: dr. Marta Setiabudy, M.Biomed, Sp.MK – Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa
BADUNG - Bali sebagai destinasi wisata dunia tidak hanya dikenal karena keindahan alam dan budayanya, tetapi juga menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang cukup serius, salah satunya adalah infeksi dengue atau demam berdarah dengue (DBD).
Penyakit akibat virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini masih menjadi masalah kesehatan utama, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan, angka kejadian dengue di Bali termasuk tinggi, dengan peningkatan kasus di beberapa kabupaten seperti Gianyar dan Badung.
Melihat kondisi tersebut, tim dosen dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Warmadewa melaksanakan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan tema “Edukasi Pencegahan Dengue dan Pemanfaatan Tanaman Pengusir Nyamuk bagi Pekerja Pertamanan Hotel di Kawasan Pariwisata.” Kegiatan ini merupakan bentuk nyata kontribusi perguruan tinggi dalam membantu masyarakat menghadapi persoalan kesehatan lingkungan, khususnya di wilayah kerja sektor pariwisata.

Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada Senin, 13 Oktober 2025 bertempat di ruang diklat di salah satu hotel di area Nusa Dua. Kegiatan diikuti oleh 10 orang pekerja pertamanan hotel yang berpartisipasi aktif sepanjang sesi.
Acara dibuka dengan sambutan dari pihak hotel serta tim dosen dari FKIK Universitas Warmadewa. Materi edukasi dibawakan oleh dr. Marta Setiabudy, M.Biomed, Sp.MK, dan dr. Ni Wayan Widhidewi, M.Biomed, yang membahas tentang bahaya infeksi dengue, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan berbasis lingkungan. Selain itu, Dr. I Gusti Agus Mahaputra Sanjaya, S.Pt., MM dari bidang pertanian memberikan materi mengenai berbagai jenis tanaman pengusir nyamuk seperti serai wangi, lavender, marigold, dan rosemary, serta cara budidaya dan penempatannya di area taman.
Salah satu keunggulan kegiatan ini adalah pendekatannya yang berbasis ekologi dan ramah lingkungan. Pemanfaatan tanaman pengusir nyamuk tidak hanya membantu mengurangi populasi nyamuk secara alami, tetapi juga memperindah taman hotel dan memberikan nilai edukatif bagi wisatawan yang datang.
Beberapa tanaman diketahui mengandung senyawa volatil seperti citronellal, eugenol, dan limonene, yang berfungsi sebagai repelan alami terhadap nyamuk. Penggunaan tanaman-tanaman tersebut dapat menjadi alternatif efektif dan berkelanjutan untuk mendukung Program 3M Plus dari Kementerian Kesehatan dalam memberantas sarang nyamuk (Menguras, Menutup, Mendaur ulang plus upaya tambahan).
Selain penyuluhan, tim pengabdian juga memberikan paket bantuan kepada mitra berupa bibit tanaman pengusir nyamuk, vitamin, dan suplemen peningkat imunitas. Bantuan ini diharapkan dapat mendukung penerapan langsung hasil penyuluhan di lingkungan kerja para peserta.

Evaluasi dilakukan dengan metode pre-test dan post-test, untuk menilai peningkatan pengetahuan peserta setelah mengikuti kegiatan. Hasilnya menunjukkan peningkatan pemahaman lebih dari 40%, terutama terkait cara pengendalian vektor dengue berbasis lingkungan dan manfaat tanaman pengusir nyamuk.
Kegiatan ini memberikan dampak positif, baik dari sisi pengetahuan maupun perilaku peserta. Para pekerja pertamanan hotel mengaku lebih memahami pentingnya menjaga kebersihan area taman dari genangan air serta berencana menanam beberapa jenis tanaman pengusir nyamuk di sekitar area kerja mereka.
Menurut dr. Marta Setiabudy, kegiatan seperti ini menjadi wujud nyata kontribusi akademisi dalam mendukung sektor pariwisata yang sehat dan berkelanjutan. “Kami berharap kegiatan pengabdian seperti ini bisa terus berlanjut di berbagai lokasi, agar masyarakat, terutama mereka yang bekerja di lapangan dapat menjadi agen perubahan dalam pencegahan penyakit menular,” ujarnya.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertema “Edukasi Pencegahan Dengue dan Pemanfaatan Tanaman Pengusir Nyamuk” di Hotel Conrad Nusa Dua ini diharapkan berhasil meningkatkan kesadaran dan pengetahuan para pekerja pertamanan mengenai pentingnya pengendalian penyakit berbasis lingkungan.
Melalui pendekatan ilmiah yang sederhana dan ramah lingkungan, kegiatan ini tidak hanya berdampak langsung terhadap mitra, tetapi juga mendukung upaya global dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan bebas dengue.
Dengan sinergi antara dunia akademik, masyarakat, dan sektor pariwisata, diharapkan Bali dapat terus menjadi destinasi yang tidak hanya indah dan nyaman, tetapi juga aman dan sehat bagi semua. (Tim)

