Pemuda, Rumah Kita Kian Runtuh: Masihkah Kita Tak Peduli?

Pemuda, Rumah Kita Kian Runtuh: Masihkah Kita Tak Peduli?
Ilustrasi pemuda.

Pemuda...

Saat ini kita telah dihadapkan pada sebuah kenyataan kehidupan bangsa dan negara, yg ibarat sebuah bangunan rumah, seluruh sisi-nya, baik pondasi hingga atap-nya, telah tergeroti, rusak dan hancur. 

Konstruksi pondasinya telah rontok dan hancur, tidak tangguh lagi membendung banjir. Tiang-tiang penyangga bangunan telah remuk dimakan rayap, dinding rumah juga telah roboh, demikian juga atapnya, di mana mana berlubang. 

Bangunan yang masih muda ini, dulunya oleh para perancangnya dan pembangunnya, dikonstruksi sebagai bangunan yg bisa bertahan berabad-abad lamanya. Dari bahan, design dan konstruksinya disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan cuaca tempat rumah tersebut dibangun, serta tantangan yg akan dihadapi ke depan. 

Rumah yang bernama Indonesia tersebut awal-nya telah disiapkan untuk menjadi rumah yg kokoh, kuat, tangguh dan gagah. Rumah yg diharapkan bisa melindungi seluruh penghuninya dari ancaman cuaca dan badai yg kian ganas, memberikan kenyamanan dan kesejahteraan.

Namun, kini terlihat sangat renta saat berhadapan dengan cuaca yang makin ganas. RUMAH KITA ROBOH KARENA BAHAN BANGUNAN, PONDASI, TIANG, DINDING DAN ATAPNYA, DIJUAL DAN DITUKAR TAMBAH DENGAN BARANG SECOND OLEH PENGHUNI BARU. DESIGN DAN KONSTRUKSI DIUBAH YG TIDAK SESUAI DENGAN KEADAAN LINGKUNGAN RUMAH TERSEBUT.

Semua aktivitas penghuni rumah, bahkan bisa dilihat secara telanjang dari luar, karena dindingnya telah rontok. Sebagai penghuni, kita bahkan tidak dapat mendeteksi ketika maling dan perampok masuk ke dalam rumah secara leluasa, mencuri dan merampok seluruh isi rumah. 

Sebagian besar penghuni rumah bahkan tak peduli dengan keadaan rumah, sebagian besar lainnya, termasuk para pemimpinnya, turut serta mencuri, menjual dan menukar tambah bahan-bahan rumah seperti pondasi, dinding dan atap kepada para maling yg menghendaki rumah kita roboh.

Pemuda...

Masihkah kita tak mau ambil peduli?

Oleh : Man Tayax