Program SAJAKA: Upaya Bijak Hadapi Ancaman Resistensi Antibiotik

Program SAJAKA: Upaya Bijak Hadapi Ancaman Resistensi Antibiotik
Bagikan buku anak-anak 3 bahasa.

TABANAN – Program Desa Bijak Antibiotika (SAJAKA) terus digaungkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Tabanan terhadap bahaya resistensi antimikroba (AMR) yang disebut sebagai pandemi 'silent'. 

Edukasi ini bertujuan untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang penggunaan antibiotik secara bijak, baik untuk manusia maupun hewan.

Dr. I Wayan Agus Gede Manik Saputra, M.Ked.Klin, Sp.MK, menjelaskan bahwa resistensi antibiotik dapat membawa konsekuensi serius.

"Dalam 10 tahun terakhir, belum ada antibiotik baru yang ditemukan. Jika dibiarkan, luka kecil yang terinfeksi bakteri resisten bisa berakibat fatal," ungkapnya, Rabu (20/11/2024).

Program SAJAKA, yang dimulai sejak 2016, bertujuan menyebarkan hasil penelitian kepada masyarakat luas agar dapat dimanfaatkan. Prof. Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK (K), menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor. 

"Resistensi tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga pada hewan. Tenaga kesehatan, peternak, hingga anak sekolah harus bijak dalam penggunaan antibiotika."

Masalah penggunaan antibiotik secara tidak tepat, seperti untuk flu atau pilek yang disebabkan virus, menjadi salah satu tantangan besar. 

Apt. I Gede Purna Yogi Suara S.Si., Wakil Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Bali, menegaskan komitmen untuk menolak pembelian antibiotik tanpa resep. "Kami hanya akan memberikan obat sesuai kebutuhan, dan jika kondisi tidak membaik, kami sarankan konsultasi ke dokter."

Khoirul Amin dari PT. Pfizer sebagai salah satu pendukung program ini memuji pendekatan SAJAKA. "Program ini sangat baik karena melibatkan komunitas, akademisi, dan sektor kesehatan. Harapannya, program ini bisa diperluas ke luar Bali," ujarnya.

Ni Komang Semara Yanti, SKM., MPH., Manajer Proyek SAJAKA, menjelaskan metode edukasi yang interaktif seperti penggunaan video dan flip chart. "Kami berhasil mengembangkan program ini di tiga desa, yaitu Pejaten, Buwit, dan Belalang. 

Hasilnya, masyarakat kini lebih memahami bahaya resistensi antibiotik," tambah Apt. I Made Abdi Gunawan, S.Farm., M.Kes dari Dinas Kesehatan Tabanan.

Dengan keberhasilan yang signifikan di Tabanan, program ini diharapkan dapat menjadi model untuk diterapkan di wilayah lainnya guna menekan ancaman resistensi antibiotik yang terus meningkat. (Ray)