Manajemen Pak Tarno Tegaskan Tak Ada Eksploitasi, "Berdagang Adalah Pilihannya Sendiri"

Manajemen Pak Tarno Tegaskan Tak Ada Eksploitasi, "Berdagang Adalah Pilihannya Sendiri"
Pak Tarno.

DENPASAR - Pak Tarno, pesulap legendaris yang dikenal dengan mantra ikoniknya, "Bim salabim jadi apa, prok prok prok," kembali menjadi sorotan publik setelah videonya tengah berdagang di pinggir jalan viral di media sosial. 

Reaksi netizen pun beragam, mulai dari simpati hingga tudingan miring bahwa aksi tersebut hanyalah cara untuk mendulang popularitas kembali.

Manajer Pak Tarno, Slamet Tattoo, dengan tegas membantah isu bahwa kegiatan berdagang ini sengaja diatur untuk mencari sensasi. 

Menurut Slamet, keputusan tersebut murni berasal dari keinginan Pak Tarno sendiri.

“Kami tidak pernah memaksa Pak Tarno untuk berdagang. Itu keinginan beliau sendiri,” ungkap Slamet saat ditemui di Studio Trans TV, Jakarta Selatan, Jumat (27/12/2024), dikutip dari media online.

Semangat Pak Tarno untuk tetap berkegiatan meski telah mengalami tiga kali serangan stroke juga diapresiasi oleh manajemennya.

“Beliau yang justru bilang, ‘Yuk kita dagang yuk,’ meskipun kondisinya tidak lagi prima,” tambah Slamet.

Selain tudingan soal eksploitasi, isu lain yang menyeret pihak manajemen adalah tuduhan memanfaatkan kondisi kesehatan Pak Tarno untuk keuntungan pribadi. 

Slamet menegaskan bahwa semua keputusan yang diambil bertujuan untuk mendukung kesejahteraan Pak Tarno, bukan sebaliknya. 

“Tidak ada kita memanfaatkan Pak Tarno. Apapun itu, nggak pernah,” katanya.

Di sisi lain, Dewi, istri Pak Tarno, juga menjadi sasaran tuduhan dari netizen. Beberapa komentar menuding adanya penyalahgunaan dana yang dikaitkan dengan isu istri muda. Menanggapi hal ini, Dewi dengan tegas membantah tudingan tersebut.

“Saya diserang netizen, katanya duitnya dipakai buat istri muda. Ya saya ya tidak seperti itu,” ungkap Dewi dengan nada kecewa terhadap komentar yang dinilainya tidak berdasar.

Klarifikasi dari manajemen dan keluarga Pak Tarno ini diharapkan dapat meluruskan berbagai spekulasi yang beredar, sekaligus menginspirasi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menyebarkan asumsi tanpa bukti. (Tim)