Perang Tipat Bantal Desa Kapal, Tradisi Memuliakan Ibu Pertiwi

Pertemuan Purusa (laki) yang disimbulkan dengan Bantal dengan Pradana (perempuan) yang disimbulkan dengan tipat melahirkan kehidupan dimuka bumi.

Perang Tipat Bantal Desa Kapal, Tradisi Memuliakan Ibu Pertiwi
Tradisi Perang Tipat Bantal (Sumber: https://www.wisata-bali.com/)

Nama : I Wayan Agus Wedhana Suputra

Tradisi Perang Tipat Bantal ini adalah tradisi turun temurun di Desa Kapal yang berlokasi di Mengwi, Kabupaten Badung Bali. Perang Tipat-Bantal adalah sebuah tradisi tahunan yang digelar sejak tahun 1337 oleh masyarakat lokal di Desa Adat Kapal. Perang Tipat Bantal ini adalah tradisi yang tergolong unik yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Kapal, sesuai perintah (Bhisama) Kebo Iwa sejak tahun 1341 Masehi, sebagai ungkapan syukur warga kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi atas rezeki dan nikmat yang telah diberikan, dan tradisi Perang Tipat Bantal ini masih berlangsung sampai saat ini. Tradisi Perang Tipat Bantal ini dilaksanakan di Pura Desa Kapal. Tradisi Perang Tipat Bantal ini ditujukan kepada masyarakat Desa Kapal untuk melakukan “tajen pengangon” untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk umat manusia. Tradisi ini juga sering disebut “Aci Rah Pengangon” oleh masyarkat setempat. Tradisi yang berlangsung di Pura Desa Kapal ini, diawali dengan upacara persembahyangan bersama yang dilakukan oleh seluruh warga Desa Kapal. Pada upacara ini pemangku desa adat akan memercikan air suci untuk memohon keselamatan seluruh warga dan juga para peserta yang akan melakukan Tradisi Perang Tipat Bantal.

 Peserta Tradisi Perang Tipat Bantal perlahan akan melepas baju setelah itu mereka akan membuat dua kelompok yang dimana mereka berdiri saling berhadapan, lalu di depan mereka telah tersedia tipat (ketupat) dan juga bantal (jajanan khas bali). Setelah itu ketika aba aba telah dimulai para peserta Perang Tipat Bantal akan mulai melemparkan tipat dan bantal itu pada kelompok yang yang ada di hadapan mereka. Suasana pun mulai terasa ramai ketika tipat dan bantal mulai berterbangan di udara. Jika dirasa sudah cukup, Perang Tipat Bantal yang dilaksanakan di dalam area Pura Desa Kapal di hentikan sementara lalu dilanjutkan kembali di jalan raya, tepat di depan Pura Desa Kapal. Sama halnya seperti tadi, para peserta Perang Tipat Bantal akan membuat dua kelompok dan kembalilah Perang Tipat Bantal dimulai, tetapi kali ini suasananya jauh lebih ramai dan gempar karena para peserta melempar tipat bantalnya dengan sambil berteriak dan bersorak.

Tradisi Perang Tipat Bantal di Depan Area Pura esa Kapal (Sumber: https://paramitaibg.wordpress.com/kebudayaan/)

 

Filosofi dari Tradisi Perang Tipat Bantal ini adalah tipat diibaratkan sebagai predana (perempuan) sedangkan di bantal sebagai purusa (laki-laki), jadi pertemuan anatara purusa dan predana akan menghasilkan kehidupan yang makmur bagi masyarakat Desa Kapal.

Tipat bantal jika diibaratkan dalam keseharian kehidupan masyarakat Desa Adat Kapal adalah kepercayaan terhadap sumber kehidupan di dunia ini yaitu Ibu Pertiwi. Semua yang ada dan hidup di dunia ini adalah bersumber dari Ibu Pertiwi. Karena Ibu Pertiwilah yang memberikan kita tempat untuk hidup. Begitu juga dengan tipat dan bantal yang bersumber dari padi dan ketan keduanya berasal dari Ibu Pertiwi yang menjadi sumber kehidupan masyarakat di Desa Kapal.