Krisis Kepercayaan, Rupiah Anjlok ke Level Terendah dalam 27 Tahun

DENPASAR - Nilai tukar rupiah mengalami penurunan tajam pada Selasa, 25 Maret 2025, menyentuh level terlemahnya sejak krisis keuangan Asia pada hampir tiga dekade lalu.
Rupiah tertekan oleh kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Pada puncaknya, rupiah melemah 0,5% menjadi 16.640 per dolar AS, yang merupakan titik terendah sejak Juni 1998 saat krisis melanda Asia.
Meskipun sempat jatuh, rupiah berhasil memangkas sebagian kerugiannya setelah Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi. Di perdagangan terakhir, rupiah berada di posisi 16.590 per dolar, mendekati level terendah dalam sebulan.
Sejak awal tahun 2024, rupiah telah melemah lebih dari 3% dan tercatat sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di pasar berkembang.
Menurut pejabat BI, pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor global dan domestik, termasuk tingginya permintaan domestik untuk repatriasi dana dan pembayaran lainnya.
Selain itu, rencana belanja populis yang diajukan oleh Presiden Prabowo Subianto, serta proposal pengawasan BUMN oleh lembaga sovereign wealth fund baru, meningkatkan kekhawatiran mengenai stabilitas fiskal jangka panjang Indonesia.
Kecemasan pasar semakin meningkat setelah beredar rumor mengenai pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang dikenal sebagai penjaga disiplin fiskal pemerintah.
Meskipun Sri Mulyani membantah rumor tersebut dan menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas anggaran negara, ketidakpastian ini turut mempengaruhi kepercayaan pasar.
Christopher Wong, analis mata uang di OCBC, menyatakan bahwa kinerja buruk rupiah sebagian besar disebabkan oleh faktor fundamental yang melemah, seperti kekhawatiran fiskal, defisit transaksi berjalan yang tak terduga, perlambatan ekonomi, serta ekspektasi bahwa BI mungkin akan segera melonggarkan kebijakan moneter.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan 1% setelah menyentuh level terendah dalam lebih dari tiga tahun pada hari Senin, dipimpin oleh pemulihan saham sektor keuangan.
Tushar Mohata, analis riset ekuitas di Nomura, mengungkapkan bahwa kekhawatiran investor mungkin telah mencapai puncaknya, sehingga pasar saham menawarkan peluang pemulihan yang menarik.
Namun, IHSG masih menjadi salah satu indeks dengan kinerja terburuk di kawasan, mencatat penurunan 12% sepanjang tahun ini. Investor asing tercatat melepas saham senilai lebih dari US$2 miliar selama periode tersebut.
Sementara itu, di pasar regional, Indeks Straits Times Singapura mencapai rekor tertinggi yang dipimpin oleh saham perbankan, sementara dolar Singapura tetap stabil.
Sementara itu, ringgit Malaysia dan baht Thailand masing-masing melemah 0,2% dan turun ke level terendah dalam tiga minggu terakhir.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Solikin M. Juhro, menyebut kondisi saat ini berbeda dengan situasi 1998.
"Pelemahan rupiah yang sekarang terjadi secara bertahap dan tidak seperti krisis 1998 ketika rupiah anjlok tajam dalam waktu singkat, " Pungkasnya, Kamis (27/03). (Ray)