Detak Jantung dan Sidik Jari dalam Tren Biometrik, Manakah yang Lebih Unggul?

Detak Jantung dan Sidik Jari dalam Tren Biometrik, Manakah yang Lebih Unggul?
Sumber : https://unsplash.com/photos/YQYacLW8o2U

Pengaplikasian teknologi biometrik bukanlah sekedar science fiction belaka, tetapi sudah sangat umum dijumpai di kehidupan sehari-hari. Karena bersifat unik pada setiap individu, metode ini menjadi lebih andal dalam memverifikasi identitas dibandingkan dengan proses akses kontrol yang lebih lawas, seperti pemasangan kata sandi atau nomor identifikasi pribadi.  Sampai saat ini, sudah ada beberapa macam jenis keamanan dengan teknologi biometrik yang dikembangkan. Namun, yang dinilai paling umum digunakan adalah sistem pemindai sidik jari, seperti yang terpasang pada sebagian besar smartphone.  Sementara pemindai sidik jari ini sudah sangat umum digunakan, tahukah Anda bahwa peneliti tidak lama ini telah mengembangkan teknologi biometrik yang mampu mengenal bentuk dan debar jantung sebagai identitas yang unik pada tiap manusia?

Mengadu standar kompetisi dan fitur unggul dari masing-masing kedua teknologi ini menjadi sebuah cara yang menyenangkan dalam mengenal tren biometrik terkini secara lebih dekat!

Sumber : unsplash.com/photos/RDufjtg6JpQ

Fingerprint Scanning, The Most Well-Known Forms of Biometric

Untuk saat ini, tentu saja biometrik sidik jari, melalui inovasi seperti Touch ID Apple, telah berhasil meraih supremasi sebagai jenis biometrik yang paling banyak digunakan dalam hal otentikasi pada perangkat digital. Hal ini tidak perlu diragukan lagi, mengingat sidik jari telah digunakan sebagai bentuk otentikasi secara mendunia. Teknologi ini telah digunakan lebih dari 100 tahun, yang sebagian besar juga telah digunakan dalam investigasi kejahatan. Di era saat ini, teknologi ini bahkan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, mulai dari ponsel, tablet, dan bahkan laptop yang kini memiliki fitur pengenalan sidik jari sebagai standar keamanan. Pada lingkungan kerja, teknologi ini juga sudah sangat umum digunakan untut mencatat kehadiran dan pengelolaan tenaga kerja, bersama dengan manfaat keamanan yang ditawarkannya: Menggantikan fungsi kata sandi, kartu ID, dan kode pintu masuk.

Perangkat lunak ini bekerja dengan mengekstraksi fitur penting dan poin-poin detail dari sidik jari. Pemindai dapat mendeteksi karakteristik yang beragam, seperti orientasi, perubahan arah, lengkungan, putaran, dan lingkaran pada jari. Beberapa pemindai bahkan dapat mendeteksi pori-pori pada kulit. Perangkat lunak kemudian mencatat dan menyimpan detail poin ini untuk kemudian memverifikasi identitas pengguna.

Sumber : unsplash.com/photos/5p_hbvdcEvo

Para peneliti telah menunjukkan bahwa sidik jari seseorang tidak berubah dari waktu ke waktu. Hasil penelitian lain juga telah mengungkap bahwa tidak pernah ditemukan sidik jari dengan kecocokan yang tepat antara dua individu, bahkan pada orang kembar sekalipun. Dalam hal ini, sidik jari diibaratkan seperti sebuah kepingan salju: Terlihat sama, namun pada perspektif yang lebih mendetail, nyatanya adalah tidak ada yang benar-benar sama.

Pemindai sidik jari saat ini telah mencapai titik di mana akurasinya bisa lebih dari 99 persen, asalkan menggunakan pemindai dengan kualitas tinggi. Meskipun begitu, sama seperti semua sistem identifikasi elektronik lainnya, pemindai ini juga tetap memiliki keterbatasan teknis yang kemungkinan dapat menghasilkan kekeliruan data. Kelembaban, penggunaan losion, keringat, minyak, luka, atau kulit kering dinilai dapat memengaruhi pengenalan sidik jari. Meskipun sidik jari tetap stabil sepanjang masa hidup seseorang, ada beberapa orang yang akan dikecualikan dari penggunaan sistem ini. Misalnya, orang yang lebih tua dengan riwayat pekerjaan manual mungkin kesulitan untuk mendaftarkan sidik jarinya ke dalam sistem, kemudian orang yang menderita penyakit pada jaringan kulit, seperti kusta, atau orang yang kehilangan jari atau tangannya juga akan dikecualikan dari penggunaan sistem.

Dengan besarnya basis pelanggan iPhone dan iPad, sidik jari merupakan standar industri de facto untuk mengautentikasi perangkat digital, layanan digital, dan transaksi pembayaran seluler secara andal. Dibandingkan dengan pemindai detak jantung yang memiliki angka pengembangan lebih kecil, masyarakat mungkin sudah begitu familiar dengan Touch ID dan tidak mengetahui apapun tentang Heartbeat ID.

HeartbeatID: A New Biometric Technique – Identify You in A Heartbeat

Sumber : technology.nasa.gov/patent/TOP2-186

Smartphone memang dapat memverifikasi identitas pengguna dengan bantuan pemindaian sidik jari. Namun, selayaknya sidik jari, ada hal lain yang melekat, selalu bersama sepanjang hidup, dan dapat menjadi sebuah bukti unik sebuah identitas manusia- ialah denyut jantung.   Irama dan debar detak jantung mungkin sudah sejak lama menjadi tema yang menyentuh pada karya dan sajak puisi romantis. Namun, berapa orang yang sudah menyadari bahwa bentuk dan debar jantung tiap manusia adalah unik dan tidaklah sama?

Gelombang khas yang dihasilkan oleh ekspansi dan kontraksi jantung memiliki bentuk yang berbeda pada setiap orang, sehingga dapat digunakan sebagai penanda unik untuk mengidentifikasi manusia.

Pada tahun 2013, Bionym yang berbasis di Toronto menciptakan sebuah perangkat elektronik berwujud gelang yang dapat dikenakan, bernama Nymi. Perusahaan ini kemudian melakukan uji coba yang melibatkan MasterCard dan Royal Bank of Canada, dengan menggunakan gelang Nymi yang ditautkan ke kartu kredit MasterCard untuk proses pembayaran. Sebuah chip NFC di dalam gelang akan memungkinkan terjadinya proses komunikasi secara nirkabel dengan terminal pembayaran, sementara sensor EKG akan bekerja pada proses autentikasi pengguna. Bionym menyebutnya sebagai “solusi pembayaran perangkat elektronik yang dapat dikenakan pertama di dunia yang diautentikasi secara biometrik.”Meskipun begitu, keefektifan inovasi ini masih dipertanyakan, karena pengembangannya yang belum begitu meluas.

Mempertimbangkan semua ini, apakah otentikasi detak jantung benar-benar lebih unggul dari pemindai sidik jari?

Sumber : www.biometricupdate.com/201508/nymi-band-completes-first-heartbeat-authenticated-payment-with-a-wearable-device

Menurut Bionym, ada dua keunggulan yang dimilliki otentikasi detak jantung dibandingkan pemindai sidik jari. Yang pertama terletak pada tingkat keamanan, dan yang kedua pada tingkat kenyamanannya.

Teknologi ini dianggap lebih aman mengingat bahwa EKG pengguna tidak dapat diambil tanpa persetujuan pengguna. Berbanding dengan sidik jari, yang meninggalkan “sampel laten”, berupa noda, yang dapat direplikasi atau dipalsukan sensor EKG ini bersifat internal, yang menjadikannnya jauh lebih sulit untuk mengambil identitas pengguna. 

Dalam hal kenyamanan, Nymi hanya mengharuskan pengguna untuk mengkonfirmasi identitas mereka sekali sehari dibandingkan menggesekkan jari untuk setiap transaksi, seperti yang harus dilakukan pada pemindai sidik jari. Selain itu, sensor EKG mampu mengumpulkan sinyal secara terus menerus sampai menemukan kecocokan, berbeda dengan pemindai sidik jari yang mengharuskan pengguna untuk menempatkan jarinya kembali pada perangkat secara berulang-ulang jika terjadi kekeliruan sistem. Hingga sejauh ini, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat akurasi yang dimiliki biometrik ini berada pada rentang 96.6 hingga 98 persen. Peningkatan detak jantung yang dapat terjadi ketika pengguna gugup atau sehabis melakukan aktivitas tertentu, tidak akan mempengaruhi proses pemindaian, berbeda dengan pemindaian sidik jari yang rentan terhadap kekeliruan pada beberapa situasi yang dialami pengguna.

Namun, identifikasi yang terjadi secara terus menerus dari teknologi ini juga berarti bahwa pergerakan pekerja dapat dilacak secara lebih rinci daripada sebelumnya. Selain itu, otentikasi melalui detak jantung datang dengan karakteristik uniknya sendiri, di mana detak jantung dapat memberikan informasi mengenai keadaan emosional dan status kesehatan seseorang. Jika pencurian data EKG terjadi, hal ini juga merupakan pencurian informasi medis yang dapat membuka pintu kesempatan secara lebar bagi peretas. Potensi penyalahgunaan biometrik yang dapat memberikan data setiap detiknya tentu sulit untuk diabaikan. Satu pencurian data saja dapat memberikan identitas seseorang secara permanen. Meskipun karakteristik detak jantung tetap konstan, tetapi jika terganggu dan dipengaruhi oleh penyakit tertentu atau episode jantung yang serius, hal inipun dapat menjadi hambatan dalam proses identifikasi.

Dengan inovasi konstan dalam teknologi biometrik, tren biometrik tidak berhenti dan tampak selalu berubah seiring perkembangan. Perkembangan ini begitu cepat sehingga sulit untuk memprediksi apa dan bagaimana tren tersebut akan terlihat dalam beberapa tahun kedepan. Meskipun begitu, satu hal yang dapat diasumsikan secara pasti: Manusia akan terbebas dari situasi menyebalkan seperti sulitnya mengingat password yang rumit dan berubah-ubah, ataupun ID foto yang sama sekali tak boleh tertinggal. Dengan mengandalkan biometrik dalam proses otentikasi, manusia mampu melihat identitasnya melalui bagian yang nyata dan benar-benar merupakan ‘dirinya’

Oleh: I Gusti Agung Arimantara

Sumber :

https://www.nec.co.nz/market-leadership/publications-media/advantages-and-disadvantages-of-fingerprint-recognition/

https://technology.nasa.gov/patent/TOP2-186

https://onezero.medium.com/your-heartbeat-can-give-away-your-identity-like-a-fingerprint-43760bc0004e

https://www.washingtonpost.com/news/innovations/wp/2014/11/21/the-heartbeat-vs-the-fingerprint-in-the-battle-for-biometric-authentication/