Tri Hita karana Kembali Diusung dalam Pembangunan Berkelanjutan

Tri Hita karana Kembali Diusung dalam Pembangunan Berkelanjutan
Dok : Ist

Bali Satu Berita | Denpasar - Local wisdom atau local knowledge yang dimiliki oleh orang Bali perlu semakin diperkuat dan dikembangkan dalam pembangunan berkelanjutan seperti yang diamanatkan dalam sustainable development goals. Demikian disampaikan oleh Rektor Dwijendra University, Gede Sedana dalam pemaparannya pada International Conference Asia for Earth yang diselenggarakan oleh ISERS (international Society of Environmental Relationship and Sustainability) pada 1 Juni-3 Juni 2022 di Prime Plaza Hotel, Denpasar. Dalam artikelnya yang berjudul Strengthening Cultural Approach to Improve Sustainable Development in Indonesia, Gede Sedana mengusung kembali filosofi tri hita karana sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan yang berbasis budaya dan memiliki nilai-nilai universal. Bahkan secara tegas Sedana menyampaikan bahwa pada kasus di Bali, pemerintah provinsi telah memiliki visi Nangun sat Kerthi Loka Bali yang  memiliki maknaMenjaga Kesucian dan Keharmonisan Alam Bali Beserta Isinya, guna mewujudkan Kehidupan Krama Bali Yang Sejahtera dan Bahagia, Sakala-Niskala Menuju Kehidupan Krama dan Gumi Bali. Dalam pembangunan berkelanjutan yang memiliki filosofi tri hita karana dan seiring dengan visi pemerintah, perlu diperhatikan tiga aspek penting yaitu alam, krama dan kebudayaan Bali yang berakar atau bersumber dari nilai-nilai lokal sebagai suatu local knowledge dan local wisdom.

Sebagai keynote speaker, Gede Sedana mengungkapkan perlunya komitmen dari pemerintah, legislatif, stakeholder lainnya dan masyarakat untuk secara inklusif dan terintegrasi untuk mengiplementasikan berbagai program yang telah dicanangkan oleh pemerintah guna mewujudkan sustainable development goals. Pendekatan budaya dalam pembangunan akan semakin memperkuat penggunaan teknologi modern dan pemikiran-pemikiran yang dikembangkan dan dilahirkan oleh negara-negara maju. Dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan dalam skala mikro, penerapan local knowledge tentunya akan sangat signifikan perannya dalam mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah, seperti no-poverty, zero hunger dan lain sebagainya di antara 17 tujuan pembangunan berkelanjutan, ungkap Sedana lebih lanjut. Beberapa prinsip yang disampaikan dalam pemaparannya adalah (i) universal, (ii) integration, (iii) no one left behind, and (iv) inclusive. Beberapa upaya yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan berkelanjutan baik tingkat daerah maupun nasional adalah berkenaan dengan pertumbuhan ekonomi dan pemertaan pembangunan, pembangunan sosial dan budaya, konservasi dan perlindungan sumber daya alam, seperti tanah, air dan udara, dan good governance.

International Conference Asia for Earth, 2022 yang memiliki tema Go-Green Summit, Climate Change, and Education, Management and Social Sciences for Environment.diikuti oleh delegasi yang berasal dari berbagai negara seperti India, Rumania, Filipina, Malaysia, Bangladesh, Mesir, selain dari dalam negeri, di antaranya adalah Politeknik Negeri Malang, Universitas Indo Global Mandiri , Palembang, Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim, Institut Teknologi Nasinal Malang. Pada hari ketiga, konferensi akan dilanjutkan di kampus Dwijendra University selaku co-host penyelenggara international conference. |BSB