Dugaan Jaringan Toko Tiongkok Buka Kembali, Makan Gratis , We Chat Pay sebagai Alat Pembayaran
BALISATUBERITA | BADUNG - Melanjutkan perjalanan menelusuri adanya kembali dugaan praktik ilegal yang dijalankan oleh " jaringan Tiongkok" di Bali.
Dalam penelusuran ini mendapatkan fakta bahwa masih adanya praktik ilegal yang memiliki modus dengan menjual paket wisata dengan harga yang murah bahkan gratis.
Tentu praktik ini akan membunuh usaha sejenis yang ada disekitarnya yang juga ingin mendapatkan porsi kueh pariwisata Bali. Usaha ilegal yang dijalankan oleh “Jaringan Tiongkok” menyebabkan pariwisata Bali akan menjadi tidak sehat dan buruk.
Baca Berita Sebelum Nya https://balisatuberita.com/tolak-lupa-kasus-jual-beli-kepala-toko-jaringan-tiongkok-khawatirkan-kembali-hantui-bali
Belum lagi dalam penelusuran tersebut ada beberapa pekerja asing yang tidak mampu berbahasa Indonesia berada dalam toko tersebut. Tentu ini jangan sampai menjadi bagian sindikat pekerja asing ilegal yang dapat membunuh mata pencaharian masyarakat Bali.
Belum lagi penolakan mereka mengatakan tidak ada pembayaran WeChat Pay, tetapi secara fakta lapangan ditemukan terpampang jelas masih diatas meja kasir. Dugaan penggunaan pembayaran sistem Tiongkok menjadikan pariwisata Indonesia khususnya Bali tidak mendapatkan devisa ini masih digunakan di sana.
Bila ini tetap tidak mendapatkan tanggapan dari pemerintah dalam memproteksi mata pencaharian masyarakat Bali tentu Masalah “Zero Dollar Tourist ”Cina di Bali” akan menyebabkan buruknya pandangan terhadap pariwisata Bali.
Dalam penelusuran lebih lanjut ditemukan juga selebaran yang mengatakan bahwa,
" Jaringan Restoran Seafood Teluk Merah akan resmi dibuka pada tanggal 21 Juli 2023. Kami mengundang semua mitra bisnis untuk melakukan pemesanan grup untuk makan di restoran kami "
Bahkan disana tertulis gratis dari Mimpi Indah Latex Shop.
Tentu bila praktik - praktik semacam ini diberlangsungkan, bagaimana dengan restoran lainnya yang berharap pasar tamu Tiongkok menghampiri daganganya? Apakah ini bukan praktik monopoli? Mungkin para pakarlah yang dapat menjelaskannya.
Kita coba membuat skema kecil berdasarkan jurnal yang kita peroleh, kita ambil salah satunya.
Jaringan ini terdiri atas pengusaha Tiongkok yang terdiri dari Onbase Group, mereka seperti penelusuran dan informasi dari narasumber lain mengatakan bahwa telah merubah dirinya menjadi toko mimpi indah latex dan memiliki jaringan restoran Restoran Seafood Teluk Merah dan jewelery di wilayah Tohpati.
Pengusaha asal Tiongkok ini patut diduga memiliki usaha dengan nominee warga keturunan Tiongkok yang sudah menjadi WNI.
E-Wallet Wechat Pay
Berdasarkan jurnal yang telah terbit menjadikan referensi kami menulis dikatakan disana, beberapa cara dikerjakan oleh para pengusaha Tiongkok untuk menjalankan, usahanya seperti mengarahkan turis Tiongkok untuk berbelanja di merchant yang diklaim menjual barang produksi Indonesia.
Kemudian pengusaha Tiongkok membawa mesin EDC yang digunakan sebagai alat transaksi turis Tiongkok.
Pengusaha merchant Tiongkok kemudian membawa mesin EDC (Electronic Data Capture) yang digunakan sebagai alat transaksi sehingga proses transaksi langsung masuk kedalam sistem keuangan Tiongkok.
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan WeChat Pay sebagai alat transaksi antar akun. Akibatnya, kegiatan praktik ilegal tersebut. Tentu itu sangat merugikan Indonesia dikarenakan tidak ada dana yang masuk ke Indonesia.
Kerja sama dengan agen travel, mengajak turis Tiongkok untuk datang berbelanja ke toko-toko milik pengusaha asal Tiongkok yang menjual barang, “Made in China” namun dikemas seperti produk khas Bali. Dampak yang berikan kepada masyarakat Bali yaitu tidak mendapat keuntungan sepersen pun.
Hal ini dikarenakan transaksi yang
digunakan melalui e-wallet Art Shop subsidi yang menjadi tujuan bagi
wisatawan Tiongkok untuk berbelanja. Usaha ilegal ini menjual barang – barang berbahan latex, baik itu kasur, sofa, bantal.
Wisatawan Tiongkok akan datang untuk membeli barang tersebut, kemudian transaksi akan dilakukan melalui pembayaran WeChat, begitu tulisan di jurnal yang menjadi narasumber tulisan ini.
Tentu keinginan untuk mendapatkan keadilan dan pariwisata persaingan sehat, terutama hasil dari kedatangan tamu Tiongkok ini. Diharapkan oleh pemerintah agar tetap memonitor kegiatan yang diduga masih menggunakan cara - cara monopoli yang dapat membunuh penghidupan bagi pelaku kecil pariwisata, yang masih mengharapkan keuntungan kecil dari pundi - pundi pariwisata Tiongkok.
Menanyakan tentang masalah tenaga kerja yang diduga tidak mengantongi visa kerja dengan menjadi sales penjualan latex, pihak Imigrasi Bandara terkesan mengoper - oper pertanyaan kami. Belum ada keterangan jelas yang dikeluarkan oleh pihak Imigrasi.
Salah satu dari mereka memberikan barcode pelaporan tentang pengaduan tentang tenaga kerja asing. (087)